Pemerintah Desa Panyabrangan Gelar Riset Dan Penulisan Buku Teater Rakyat Seni Ubrug

SERANG (KM) – Pemerintah Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikesal, Kabupaten Serang dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Panyabrangan mengelar acara Riset dan Penulisan buku Teater Rakyat Seni Ubrug mengusung tema Pagelaran dan Talkshow Seni Ubrug, Minggu (3/12).
Acara digelar di Pusat Cagar Budaya (PCB) Bendung Lama Pamarayan. Hadir dalam acara tersebut Sekretaris Desa Panyabrangan, para staf Pemdes Panyabrangan,Sekretaris Desa Pamarayan, Pendamping Desa Budaya, Daya Desa, tokoh masyarakat, Praktisi Pendidikan dan siswi dari beberapa sekolah.
“Ahmad Saefudin (biasa dipanggil Iif) selaku Sekdes Panyabrangan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena ini merupakan suatu kebanggaan buat kita semua, terima kasih buat para panitia penyelenggara, masyarakat serta semua pihak yang tergabung di dalam acara ini bisa berjalan lancer,” katanya kepada kupasmerdeka.com, Minggu (3/12)
“Terima kasih juga kepada Pendamping Budaya Desa dan daya warga, atas nama Pemerintahan Desa sangat mengapresiasi dan merupakan kebanggaan untuk Desa Panyabrangan,” imbuhnya.
Keanekaragaman seni budaya, bahasa, suku dan agama yang ada di Indonesia, yang salah satunya di Desa Panyabrangan. “Kita perlu bangga karena ternyata ada kesenian yang perlu kita jaga dan di lestarikan yaitu Seni Ubrug dan untuk generasi mendatang tentu ini menjadi kewajiban untuk meneruskannya agar Ubrug ini tidak punah dan dilupakan,” lanjutnya.
“Alhamdulilah, desa Panyabrangan menjadi salah satu Desa Budaya dan Desa Wisata sehingga menjadi paket yang sudah lengkap,” ungkap Iif.
“Saya sangat mendukung baik untuk pendamping Budaya Desa,Daya Desa selain ada budaya,wisata,juga ada wisata religi, mudah- mudahan ini nantinya menjadi kurikulum dan riset di sekolah. Tentunya ini perlu dukungan dan dorongan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,” pungkas Iif.
Ditempat yang sama, Satri atau biasa disapa Konyel (80 tahun) selaku pelaku seni ubrug memaparkan tentang suka dukanya menjadi pelaku ubrug dan tata cara ketika ubrug ini mau pentas. Ubrug juga disebut terompongan, intro,kidung pembuka dan patepang Sono (dalam bahasa Sunda) untuk menarik para penonton.
“Ketika itu tahun 1965 dan masih Sekolah Dasar ikut pagelaran kalau sekarang mungkin menyebutnya festifal yang diadakan di Bandung Jawa Barat dan para pemainnya seperti Jojon (almarhum), Bokir (almarhum), Ali Saban (almarhum) dan masih banyak yang menjadi ‘lawan mainnya’ ketika itu dan pada saat itu mendapatkan juara 1,” tuturnya.
“Bahkan waktu itu saya masih ingat ikut bermain bersama dengan Grup Tolay (Topeng Ubrug) selama 15 tahun lamanya untuk masyarakat Serang- Banten, mungkin nama Tolay (almarhum) pada jamannya tidak asing lagi dan cukup terkenal dan saya pada saat itu mendapatkan bayaran 500 rupiah dan saya berpesan mari kita rawat, lestarikan seni budaya ubrug ini,” harapnya.
Suhari selaku pendamping Budaya Desa mengucapkan terimakasih atas kehadiran semua dalam acara ini. “Terima kasih pada hadirin dari pemerintahan Desa Panyabrangan, para narasumber, praktisi pendidikan, siswi dari beberapa sekolah dan panitia pelaksana hingga terselenggaranya acara ini berjalan lancer,” ucapnya.
“Dalam 2 tahun ini mengadakan kegiatan pengembangan budaya dan tahun ini fokus mengembangkan kesenian Ubrug atau yang lebih dikenal Topeng,” lanjutnya.
“Dukungan dari Pemerintahan Desa Panyabrangan semoga seni ubrug ini semakin berkembang dan target pembuatan buku bisa terealisasi tahun ini dan masuk kurikululum sekolah,” tutup Suhari.
Reporter: Acun S
Editor: Red1
Leave a comment