Isi Momentum Hari Batik, Pembatik Depok Ini Gelar Festival Batik 2022 dan Berbagi Kisah Tantangan Berat di Masa Pandemi

DEPOK (KM) – Hari Batik Nasional adalah hari perayaan nasional Indonesia untuk memperingati ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO.
Untuk memperingati Hari Batik Nasional tersebut, Ratna Batik & Craft berkolaborasi dengan Hotel Santika Depok menyelenggarakan kegiatan Festival Batik Depok 2022 bertempat di Venue Lobby Lantai 3 Hotel Santika Depok pada Senin, 3 Oktober 2022.
Pembatik Kota Depok yang juga pemilik Ratna Batik & Craft, Ratna Septiana Wulandari, dalam kesempatan wawancara dengan Kupasmerdeka.com (5/10) menyampaikan makna batik bagi dirinya adalah sebuah pengejawantahan jiwa yang sarat akan doa, harapan dan jalinan koneksi ke generasi sebelum dan sesudah kita.
“Masyarakat kita selama ini lebih banyak memahami batik masih sebatas lembaran kain yang bisa dibuat baju dan craft saja, padahal tidak sesederhana itu,” ujarnya (5/10).
Ratna yang sudah pernah menerbangkan batik khas Depok hingga ke Eropa pada kegiatan pameran Wonderful Indonesia yang diselenggarakan di Ukraina beberapa tahun lalu, mengajak masyarakat agar melihat batik sebagai suatu “kekayaan jiwaâ€.
Ratna juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melakukan bebagai langkah kongkrit dalam upayanya mengenalkan dan mempromosikan batik khas Depok buatannya.
“Langkah kongkrit kami bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengenalkan pembuatan batik secara langsung ke seluruh lapisan masyarakat dari anak-anak hingga generasi senior,” ucapnya.
Mengenai langkahnya untuk menjadikan batik menjadi suatu produk yang bernilai tinggi dan bisa menopang perekonomian keluarga, Ratna mengaku tetap konsisten pada visi misi utamanya, yaitu menempatkan produk batik dari Ratna Batik & Craft menjadi spesial bagi siapa saja yang memakainya.
“Dengan konsisten menjaga ke-exclusive-an produksi, hal ini dimaksudkan bukan mengenai harga yang tinggi, tapi bagaimana kami bisa membatasi produksi supaya siapa saja yang memakai produk kami, tidak merasa menggunakan produk massal meski dengan harga yang terjangkau,” jelasnya.
“Dengan strategi ini alhamdulillah membuat kami selalu menjadi lebih produktif dan full inovasi, dengan mengalirnya banyak permintaan dari masyarakat,” terangnya.

Terkait dukungan pemerintah dalam setiap even yang dibuatnya, Ratna menyatakan hingga saat ini pihaknya masih lebih banyak melakukannya secara mandiri dan bekerjasama dengan pihak swasta saja seperti Festival Batik 2022 yang baru-baru ini digelar, yakni hanya menggandeng pihak swasta yakni Manajemen Hotel Santika Depok.
Sebagai pembatik yang sudah malang melintang, Ratna juga berbagi cerita mengenai tantangan berat yang dihadapinya sejak dimulainya pandemi Covid-19 hingga saat ini, yaitu tatkala permintaan pasar yang drastis menurun, karena skala prioritas yang bergeser tidak lagi konsumtif dan lebih mengutamakan kebutuhan primer.
Namun demikian, dirinya merasa bersyukur karena dalam situasi yang berat tersebut, ia terus mendapat dukungan dari Suryo Sugianto sang suami dan juga dua buah hatinya.
Di penghujung wawancara, Ratna kembali berpesan bahwa hadirnya batik sebagai bukti nyata ilmu yang diturunkan nenek moyang kepada kita, di mana dalam menghadapi hidup haruslah berilmu, bertujuan positif.
“Dan dengan batik kita diajarkan sebuah langkah kesabaran dalam menjalani tahapan hidup. Karena nya, mari terapkan ilmu batik dalam kehidupan kita, tidak ada keindahan yang seutuhnya terwujud tanpa tahapan proses yang harus kita lalui,” imbuhnya.
“Lestarikan batik sesuai pakem nya, karena sejarah yang syarat filosofi inilah yang harus kita jaga secara turun temurun demi generasi kita kedepan,” pungkasnya.
Reporter : Sudrajat
Editor : HjA
Leave a comment