Pengamat Duga ada Mark-Up dalam Pengadaan Gerbong Kereta LRT Jakarta

JAKARTA (KM) – Pembelian kendaraan kereta atau rolling stock dengan harga yang mencapai USD 1,8 juta per gerbongnya oleh PT Jakpro dengan perusahaan asal Korea Selatan, Hyundai Rotem, dalam proyek LRT Jakarta dinilai pengamat dari Center for Budget Analysis (CBA) “teramat fantastis”.
“Meskipun Jakpro berdalih menggunakan dana perusahaan, pihak Jakpro menyiapkan anggaran sebesar Rp. 423 miliar, bukan dari anggaran pemerintah. Anggaran tersebut nantinya tetap harus ditanggung negara, termasuk jika terjadi kerugian karena nilai kontrak yang ditetapkan tidak sesuai dengan harga standar atau “kemahalanâ€. Dan kemahalan ini, ada dugaan mark up dalam pengadaan ini. Jadi Jakpro, jangan bergelap-gelap dalam terang dalam proyek rolling stock,” ujar Koordinator Investigasi CBA, Jajang Nurjaman kepada KM, kemarin 14/7.
Adapun proyek LRT yang merupakan proyek strategis nasional dengan anggaran Rp. 27 triliun, yang terdiri dari Rp. 23,3 triliun untuk prasarana (pembangunan jalur kereta api), dan Rp. 4 triliun untuk sarana seperti rolling stock atau rangkaian kereta. “Seharusnya [penggunaan anggaran ini] diawasi dengan ketat,” lanjut Jajang.
“Center for Budget Analysis mendukung langkah Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan pemanggilan terhadap pihak Jakpro guna mereview kontrak rolling stock. Jangan sampai kerjasama pembelian rolling stock yang dilakukan hanya mengutamakan targetan waktu pengerjaan dan mengesampingkan efisiensi anggaran,” tutupnya.
*Red
Leave a comment