Kuncen Makam Raja-Raja Jambi: “Buatlah Situs ini Indah Sebagai Bakti Kepada Orangtua”

Datuk Ramli, sang penjaga makam raja-raja Jambi (dok. KM)
Datuk Ramli, sang penjaga makam raja-raja Jambi (dok. KM)

JAMBI (KM) – Di usianya yang sudah mendekati angka kepala 8, Datuk Ramli merasa sekarang ini hatinya damai dan tenteram dalam menekuni kesehariannya sebagai kuncen atau penjaga makam raja-raja Jambi.

Berikut Laporan perjalanan budaya Kupas Merdeka, Jumat,28 April 2017 di Situs Makam Raja-raja Jambi di Danau Sipin.

Diantara Raja Jambi yang dimakamkan disana ada Raden Mattaher, ada Raja Abdullah bin Pangeran Diponegoro, ada Raden Ini Kertapati dan sederet raja-raja keturunan Sultan Thaha.

Meski keadaan makam terlihat bersih, tak ada sampah di sekitar makam, namun dirasa sangat perlu adanya penataan dan taman hias di sekitarnya, sementara yang terlihat saat ini, sederet papan merek milik pemerintah Kota Jambi bertabur disepanjang halaman muka makam. Tak kurang dari 7 buah papan merk terpajang dengan logo SKPD yang sama. Belum lagi area di sekitar makam yang sama sekali tak tersentuh oleh jiwa artistik, tapi dibiarkan begitu saja. Sangat beda jika kita bandingkan dengan makam raja-raja yang dapat kita lihat di tanah Jawa.

“Saya tugasnya menjaga dan membersihkan makam, tidak boleh ada yg masuk untuk hal-hal yang ganjil, mengotori, dan mengambil atau memindahkan sesuatu dari dalam area makam. Soal banyaknya papan merk disini, itu diluar kewenangan saya,” tutur Datuk Ramli, sang penjaga makam.

“Setiap bulan, saya menerima uang lelah yang cukup lah untuk beli beras, dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, ini di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Alhamdulillah anak saya sudah diangkat jadi PNS di kantor tersebut,” jawab Pak Ramli merasa puas.

Sudah berapa lama Datuk Ramli menjaga makam, dan adakah selama itu yang aneh-aneh pernah terjadi di sini?

“Saya sudah lebih 20 tahun menjaga makam, dulu memang sering ada yang aneh-aneh, tapi itu sebelum saya bertugas sebagai penjaga makam, maklumlah, saya ini memang agak degil (nakal) saat itu. Saya sudah pernah jatuh sakit dan hampir mati. Orang mengira saya sudah mati, tiba-tiba saya terbangun, dan diatas langit makam ini saya melihat huruf alif, tinggi sekali. Dan yang teringat saya waktu itu hanya ibu, ibu dan ibu. Inilah yang sangat bersedih dengan kelakuan saya waktu itu, ibu juga yang ingin saya rajin sholat, berpuasa, mengaji dan menjauhi godaan duniawi.”

“Maka itu saya pesankan ke kalian yang masih muda, jangan pernah menyakiti ibu-bapak, hormati mereka, sayangi mereka, Insya Allah kalian akan selamat hidup dunia akhirat,” pesan Datuk.

“Khusus untuk pemerintah, saya berharap area makam ini mohon dibagusinlah. Apalagi mereka adalah leluhur kita, orang tua kita yang sudah gagah berani berperang melawan kolonialisme Belanda,” pungkas Datuk Ramli.

Reporter : Deny
Editor: HJA

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*


KUPAS MERDEKA
Privacy Overview

This website uses cookies so that we can provide you with the best user experience possible. Cookie information is stored in your browser and performs functions such as recognising you when you return to our website and helping our team to understand which sections of the website you find most interesting and useful.