Faktor Resiko Tertinggi, Yayasan Grapiks Dorong Program Pengendalian HIV yang Ramah Gay dan Waria

BEKASI (KM) – Sebagai bagian dari upaya pengendalian Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Sydrom (AIDS) di Indonesia, Yayasan Graha Prima Karya Sejahtera (Grapiks) yang bertempat di bilangan Kelurahan Aren Jaya, Bekasi Timur, ikut berperan melalui program dan intervensi untuk modul pencegahan pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), Waria, serta pengguna naza suntik (penasun) dan pasangannya.
Senin 14/3, Yayasan Grapiks dikunjungi oleh Klinik ‘Sedap Malam’ yang juga akan melaksanakan satu intervensi pada modul perawatan, dukungan dan pengobatan pada pengidap HIV/AIDS dan pada modul penguatan sistem komunitas.
Direktur Operasional Klinik Sedap Malam Betty Sumiati mengungkapkan bahwa kedatangannya di kantor Yayasan Grapiks berdasarkan undangan yang diterima pihaknya. “Hasil pemodelan berdasarkan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) dan Asian Epidemic Modelling (AEM) menunjukkan infeksi HIV baru terus meningkat, hal inilah yang membuat kami terpanggil… untuk terus mendalaminya,” terang Betty.
Adapun komunitas gay, yakni kalangan LSL, diproyeksikan menjadi sumber infeksi terbesar dalam beberapa tahun ke depan. Program Asesmen Bersama mengenai LSL dan Waria yang telah dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menemukan bahwa banyak faktor yang menyebabkan tingginya tingkat infeksi di kelompok LSL. Kurangnya keterlibatan organisasi berbasis masyarakat dalam penjangkauan kelompok LSL, kurangnya kegiatan pencegahan termasuk distribusi kondom dan pelumas pada pengaturan berisiko tinggi serta kurangnya layanan tes dan konseling yang ramah LSL adalah beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya jumlah LSL yang melakukan tes HIV.
Untuk meningkatkan jumlah cakupan LSL yang menerima layanan terkait HIV termasuk pencegahan, tes, pengobatan dan dukungan psikososial, maka dibutuhkan intervensi baru untuk mengatasi hambatan yang dialami LSL untuk mengakses layanan terkait HIV. Penguatan klinik yang menyediakan layanan yang ramah komunitas seperti tes dan pengobatan HIV gratis, tes dan pengobatan IMS gratis, tanpa memandang orientasi seksual diharapkan mampu meningkatkan jumlah LSL yang melakukan tes HIV.
Direktur Grapiks, Daniel Ramadhan, SE, kepada kupasmerdeka.com menjelaskan bahwa cakupan yayasan yang dipimpinnya meliputi wilayah Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi dan Kabupaten Karawang dengan total keselurahan karyawan 34 orang, termasuk dirinya. “Kita secara detailnya penjangkauan dan pendampingan untuk populasi kunci, populasi resiko tinggi yang tertular dan terinfeksi HIV,” tuturnya
“Populasi resiko tinggi dan pendampingan juga untuk orang dengan HIV/AIDS. Dari anak-anak, dewasa, pasangan sampai keluarga juga,” ujar Daniel
Daniel juga menuturkan bahwa selama ini memang karena programmya merupakan pelaksanaan program nasional, Grapiks bekerja sama dengan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas serta Komisi Penanggulangan AIDS. “Sedangkan untuk pendeteksiannya kita melakukan penjangkauan di lapangan, pemetaan identifikasi, memberikan informasi dan edukasi setelah mereka (yang terinfeksi) siap, baru akan dilakukan pemeriksaan HIV dan IMS. Underspot Mobile VCT [Voluntary Counseling And Testing] namanya,” ungkapnya.
Selain itu, Daniel juga sangat mengapresiasi manajemen Klinik Sedap Malam dan merasa senang karena bersedia datang atas undangannya. “Karena memang perlu adanya peran masyarakat lebih luas lagi, melalui program klinik Sedap Malam yang mendukung terkait penanggulangan HIV, karena tidak banyak swasta yang melakukan. Karena Pemerintah Daerah, Puskesmas maupun Dinas Kesehatan tidak akan bisa mengurusi program HIV/AIDS secara sendiri, sangat diperlukan dukungan dari masyarakat luas,” tandasnya.
Reporter : Redaksi
Editor : KN
Leave a comment