Masyarakat Jati Rangga Tolak Pembangunan Mushola Bersponsor Saudi, Tuding Menyebar “Aliran Sesat”

Sejumlah anggota panitia pembangunan mushola Thoifah Manshuroh menghadap lurah Jati Rangga untuk meminta penjelasan soal surat pemberhentian yang diedarkan oleh pihak kelurahan (dok. KM)
Sejumlah anggota panitia pembangunan mushola Thoifah Manshuroh menghadap lurah Jati Rangga untuk meminta penjelasan soal surat pemberhentian yang diedarkan oleh pihak kelurahan (dok. KM)

BEKASI (KM) – Pembangunan mushola Thoifah Mansuroh di Jl Cekrok RT 03 RW 11 Jati Rangga Jati Sampurna, kota Bekasi, mendapatkan hadangan aksi protes dari beberapa tokoh masyarakat, yang juga mereka arahkan kepada Lurah Jati Rangga. Protes tersebut membuat Lurah Jatirangga, Namar, menerbitkan surat pemberhetian sementara terhadap pembangunan Mushola Thoifah Manshuroh.

Rabu 26/10 lalu sejumlah panitia pembangunan mushola itu menghadap Lurah Jati Rangga, yang dalam klarifikasinya menegaskan kembali alasan ia mengeluarkan surat tersebut. “Saya berterimakasih pada panitia mau datang untuk mendapatkan informasi langsung ke saya. Benar saya menerbitkan surat pemberhentian sementara mushola karena adanya aduan masyarakat. Dan 16 tokoh masyarakat saya undang untuk rapat. Menurut mereka surat-surat perizinan pembangunan tersebut belum lengkap. Dan dari pihak panitia saya undang H. Trio,” jelas Namar.

“Kalau menurut H. Trio memang belum lengkap surat izinnya. Lagi pula jarak satu masjid dengan mushola yang akan dibangun jaraknya dekat banget, paling gak [harus berjarak] 200M. Dan harus ada persetujuan tanda tangan minimal 60 warga sekitar,” lanjut Lurah itu.

“Lagi pula saya mah kalau tidak ada laporan dari tokoh masyarakat, saya mah tutup mata aja, apalagi yang akan dibangun itu mushola, rumah ibadah orang Islam. Lah kan saya pun agama Islam juga,” tegas Lurah Namar.

Namun perkataan Namar dibantah oleh salah satu anggota panitia pembangunan mushola, Abu Faiq, saat pertemuan itu. “Pak jarak yang tadi bapak ucapkan itu gak benar. Itu jauh pak masjid dengan mushola yang sedang kita bangun, saya berani adu ukur. Dan lokasi kita pinggir jalan persis,” katanya.

Abu Faiq juga menerangkan bahwa dana pembangunan untuk mushola itu didapatkan dari Kerajaan Arab Saudi sehingga tidak meminta dana ke masyarakat. “Lagi pula kita tidak akan meminta dana ke pihak kelurahan juga ke masyarakat. Kita dapat sumbangan dari Saudi Arabia langsung bagi kami cukup,” lanjutnya.

“Bahkan kita juga mendengar bahwa diantara 16 orang yang hadir tersebut ada diantara mereka yang menyebarkan isu ke masyarakat bahwa mushola yang akan dibangun untuk kegiatan aliran sesat. Jadi gimana kita bisa dapat tanda tangan 60 warga sebagai tanda setuju, kalau warga sendiri sudah diberikan informasi yang beracun dari nama yang ada di berita acara saat rapat tokoh masyarakat dengan pak lurah,” tuding Abu Faiq.

“Tunggu pak lurah! Kita panitia punya cara yang ampuh untuk membongkar siapa biang kerok dari isu beracun tersebut,” geramnya.

Menurut salah satu anggota panitia lainnya yang enggan disebut namanya, pemberi “info beracun” tersebut adalah seorang ustadz yang memiliki pesantren dan TK. “Namun sepertinya dia takut kalah bersaing dengan TK At-Tauhid  yang untuk siswanya semakin banyak saja. Untuk bisa lulus TK minim hafal juz 30 Al-Qur’an. Tapi hal ini gak boleh biarkan. Kami pengurus pembangunan mushola akan bongkar siapa pemilik mulut beracun hingga masyarakat dihasutnya. Dan akan kita proses secara hukum,” tegasnya. (Gie/yustian)

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*