Geliat Adat Istiadat Melayu di Kapuas Hulu
Salah satu dari kelompok etnis yang terbesar di Provinsi Kalimantan Barat adalah suku Melayu. Suku Melayu di kabupaten Kapuas Hulu berjumlah sebesar 59 persen dari populasi. Menurut catatan sejarah, mereka berasal dari daerah Sintang Tambak dan tiba di Kapuas Hulu dan bermukim di kabupaten ini, hidup berdampingan dengan beberapa suku Dayak seperti Taman, Iban, Bukat, dan Suruk.
Tim Kupas Merdeka berkesempatan bertemu dan berbincang dengan salah satu tokoh Melayu di Kapuas Hulu, Ibrahim Bastian, yang menjelaskan adat istiadat dan aktivitas orang-orang Melayu di kabupaten ini. “Melayu di sini sudah berdiri cukup lama. Salah satu seni budaya khas kita di sini adalah jeping. Kita juga ikut dalam festival seni budaya Melayu Kalimantan Barat yang pada tahun ini diadakan di daerah Singkawang. Pengurus budaya Melayu di sini Abang M. Dirga, yang juga mantan Bupati dulu,” jelasnya.
Majelis Kampung Melayu ini berdiri pada tahun 2006. “Kebetulan kami menjadi sekretariat bagi masyarakat Melayu. Di Melayu ini banyak juga yang harus kita gali selain seni, adat dan budaya. Ada juga di antaranya adat perkawinan, dan kita juga sering mengikuti acara seperti Festival Seni Budaya Melayu di Propinsi Kalimantan Barat, dan juga Festival di Danau Sintarum yang biasa dilaksanakan di kecamatan Lanjak, Kapuas Hulu,” lanjutnya.
Prestasi Majelis Kampung Melayu Kapuas Hulu juga cukup mumpuni. Mereka pernah menjuarai beberapa perlombaan, di antaranya lomba pantun juara 1, Vokal Group juara 1, melukis juara 3, dan tidak kalah penting, permainan tradisionalnya yaitu permainan gangsing berturut-turut juara 1 di tingkat propinsi Kalimantan Barat.
“Kita juga sering diundang ke negara tetangga, yaitu Brunei Darusalam, dalam rangka hari kebangsaan disana, jadi kami sering hadir dalam kegiatan seni adat budaya. Hubungan Melayu Kapuas Hulu dengan suku lainpun amat sangat akrab sekali. Kalau Melayu berkata, di mana langit dijunjung, disitu bumi berpijak, agamamu bagimu agamaku bagiku. Jadi kami orang Melayu di Kapuas Hulu sangat menerima semua suku, baik yang sudah lama maupun pendatang. Kita berkata, lain gubuk lain ikannya, dan tetap masing-masing menghormati adat istiadat yang lain,” ungkapnya. (budi)
Leave a comment