Ketua GP Ansor Bogor: Gerakan Anti Syiah Mempunyai Agenda Titipan Asing
Bogor, 21/11/2015 (KM) – Setelah sempat berbincang dengan Ketua GP Ansor Kota Bogor Rahmat Imron Hidayat tentang kondisi toleransi antarumat beragama dan keyakinan di kota Bogor, tim redaksi Kupas Merdeka menggali pandangan Kang Romi, sapaan akrabnya, secara lebih mendalam tentang kelompok-kelompok radikal, khususnya di kota Bogor. Hadir juga memberi pandangannya, Wakil Ketua GP Ansor kota Bogor Fathoni. Berikut kutipan dari wawancara KM dengan pimpinan GP Ansor di Masjid Raya Bogor pada Kamis malam (19/11).
KM: Sebelumnya, kita melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh kelompok radikal dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah, seperti yang tampak dalam surat edaran walikota Bogor tentang larangan Asyura. Apakah strategi ini memang bagian dari agenda mereka?
Kang Romi (RI) : Yang pertama, yang kita kaji dan telusuri, strategi mereka adalah masuk ke kantong-kantong masyarakat, perkantoran, bahkan sampai ke birokrasi. Artinya, mereka sangat masif melakukan itu karena untuk penyebaran faham mereka. Disinilah harus ada semacam kontrol. Memang sulitnya adalah menentukan apakah seseorang itu dari kelompok radikal, karena ini kan masalah agama. Apalagi para birokrat juga banyak yang belum faham tentang agama, kecuali para kiai dan ustad yang memahami betul gaya mereka. Artinya harus ada juga semacam warning dari pemerintahan agar mereka tidak bisa masuk ke ruang lingkup itu. Strategi mereka itu ya tetap kekuasaan. Karena dengan kekuasaan, mereka bisa mengubah kebijakan, sehingga mereka bisa menjadi penguasa sehingga tujuan mereka terjapai. Jadi tujuan mereka adalah kekuasaan.
KM: Agenda mereka ini sebenarnya apa datang dari inisiatif mereka sendiri atau apakah ada pengaruh asing?
RI: Mereka pasti punya agenda internal sendiri, karena menurut faham mereka bahwa mereka benar dan yang lain dianggap salah. Artinya, bagaimana caranya faham mereka bisa dijadikan sistem, sehingga ketika orang masuk ke dalam sistem mereka, dengan sendirinya akan menjadi pengikut mereka. Adapun dengan dorongan asing, pihak asing kepentingannya hanya satu kok, mereka ingin menguasai, agar menjadi boneka dari negara asing, kepentingannya menguasai aset dan sebagainya seperti sumber daya alam.
KM: Kira-kira dari tokoh radikal dan intoleran ini, kira-kira ada kah hubungan mereka dengan organisasi terorisme internasional seperti ISIS dan Al Qaeda?
RI: Kaitan dengan itu memang tidak bisa di generalisir semua. Kalau embrio menuju ke sana itu pasti ada, tapi entah dengan jaringannya, itu perlu ditelusuri benar-benar, tinggal kesigapan dari pihak keamanan, dari polisi, intelijen, dari negara lah, yang mempunya pernagkat untuk mengintai pergerakan mereka.
KM: Apakah dari pihak kepolisian memang sudah mengawasi mereka?
RI: Itu harus dilakukan, karena memang jaringan mereka itu sudah luar biasa, kemarin katanya ada WNI yang terindikasi bergabung dengan ISIS ditangkap di Malaysia, 12 orang, artinya kan jaringannya ada, entah terselubung atau sel-sel atau bagaimana pun, yang jelas embrio nya sudah ada di Indonesia.
KM: Apakah dari GP Ansor sendiri ada agenda untuk menangkal pengaruh mereka?
RI: Yang kita lakukan adalah pencegahan, preventif, karena kalau sudah masuk, untuk kita mencuci otak mereka agak lama prosesnya, tapi bagaimana kita menjaga jangan sampai umat itu bisa ikut mereka. Dengan cara kita adakan zikir, sholawat, kita adakan di kampung-kampung, mushola-mushola dan sebagainya, karena mereka tidak memakai tradisi itu.
KM: Tersiar bahwa ada kelompok yang bernama Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Bogor Raya akan mengadakan acara pelantikan. Sebenarnya apa agenda mereka, karena selama ini dari penganut Syiah di kota Bogor tidak pernah melakukan provokasi dan jumlah mereka sangat sedikit. Tampaknya suatu yang dibesar-besarkan, apalagi dibandingkan dengan bahaya ISIS dan sebagainya.
RI: Kalau dari hasil kajian kita, ini kan bagian dari strategi mereka untuk mengelabui umat, para kiai dan ulama di Indonesia yang umumnya bermazhab Sunni Syafii untuk mengatakan hal yang sama, anti Syiah. Mereka ingin menarik konflik timur tengah atau Sunni-Syiah dibawa ke Indonesia. Dan misinya sudah sangat jelas dan ketara sekali, padahal Syiah di Indonesia sangat sedikit sekali dan kenapa dipermasalahkan, karena selama ini Syiah di Indonesia tidak pernah bermasalah apa-apa. Selama ini rukun-rukun saja. Kita mencurigai pasti mereka ada agenda terselubung, agenda besar dan ke depannya itu kalau tidak dicegah akan sangat berbahaya terhadap NKRI dan Pancasila.
Fathoni (F): Berkaitan dengan ANNAS ini, GP Ansor tentu sangat menolak, apalagi kalau difasilitasi oleh pemerintah, karena kapasitas pemerintah di kota Bogor bukan hanya untuk satu kaum atau satu kelompok, tapi melingkup semua elemen keagamaan yang ada di kota Bogor.
Kronologinya adalah ketika mereka (Penggagas ANNAS-red) dengan faham Wahabi nya, ajaran yang dibawa adalah yang selain mereka pelaku bid’ah, takhayul dan khurafat. Ketika ternyata gaung dakwah mereka tidak berhasil, maka mereka semua membidik Syiah. Target mereka yang sebenarnya adalah Sunni. Mereka punya agenda sendiri dan ini merupakan titipan dari asing, salah satunya indikasinya pemerintahan Saudi. Kita lihat secara politik Internasional di Yaman, Suriah ada konflik kekuasaan, mereka ingin kekuasaan mereka berkembang. Mereka menyerang Yaman, yang jelas di situ basis Sunni. Di Indonesia, dan negara lainnya yang mayoritas Sunni, mereka gaungkan masalah Syiah. Karena mereka ingin pengakuan dan penguatan atas perbuatan mereka. Dan ketika pemerintah mengakui dan mengangkat, itu nantinya akan diamini oleh masyarakat. Ini bahaya.
Bagi GP Ansor, platform kami sudah jelas, kami ingin menjaga keutuhan NKRI, menciptakan suasana keagamaan yang sejuk di kota Bogor ini, karena pada prinsipnya kita sepakat untuk mengusung Islam yang rohmatan lil alamin, Islam yang kasih sayang kepada semuanya.
KM: Upaya-upaya seperti apa yang telah dilakukan oleh GP Ansor terhadap pemerintah dan masyarakat Bogor secara umum dalam menyikapi perkembangan faham radikal?
RI: Yang pertama, untuk masyarakat, kita melakukan edukasi dengan berbagai macam caranya, bisa melalui pengajian-pengajian, bisa melalui acara zikir dan sholawat, itu kan bagian dari dakwah kita. Karena dalam faham kelompok radikal itu, acara sholawatan diharamkan. Tradisi mereka ya biasanya hanya bicara dalam pengajian dimana mereka akan menyesatkan orang atau kelompok lain dan sebagainya.
Kami tidak lagi bicara masalah furuiyah (cabang-cabang agama-red) atau aliran-aliran, tapi sudah bicara keilmuan, yang dianjurkan oleh para ulama atau para kiai-kiai yang ada di Nahdliyin. Itu yang kita lakukan. Islam tidak mengenal kekerasan. Islam sangat menjunjung tinggi semangat pluralisme dan toleransi, itu yang dijunjung oleh para ulama.
Sekaitan dengan hubungan kita dengan Pemkot, kita sebatas mengingatkan bahwa ada indikasi kelompok-kelompok ini kaitannya dengan ini (kelompok teroris-red). Kita sering sharing dengan pemerintah daerah, kepolisian maupun muspida, bahwa ini menggunakan jargon agama, tapi sangat bahaya kalau dibiarkan begitu saja. Kita tabayun, silaturahim, diskusi dengan pemerintah daerah, memberikan masukan, supaya pemerintah bisa mengayomi semua.
KM: Apa tanggapan pemerintah tentang acara ANNAS itu?
RI: Pemerintah tegas menolak kalau acara tersebut diadakan di balaikota, atau lingkungan pemkot, mereka sangat menolak dan tidak mendukung acara tersebut. Artinya kan mereka butuh masukan kalau mereka masukannya dari sepihak ya mungkin akan mengiyakan saja. Kita jelaskan posisinya, kondisinya, kenapa GP Ansor dan Banser NU sangat berkepentingan dengan isu tersebut, karena ini sudah menyebarkan kebencian kepada kelompok atau aliran lainnya, dan ini tidak dibenarkan dalam agama dan konstitusi. Saya menyatakan, bahwa Ansor dan Banser bersama-sama Pemda, TNI dan kepolisian akan menjaga keutuhan NKRI. Kita akan memback-up umara (pemerintah-red), karena alangkah baiknya negara hadir dalam persoalan ini, karena kalau negara tidak hadir, akan terjadi konflik horisontal di bawah. Prinsip kita pencegahan lebih baik daripada mengobati. Bahaya, susah kalau sudah harus mengobati.
KM: Bagaimana pentingnya toleransi dari sudut pandang agama Islam, khususnya dalam sudut pandang NU?
RI: Di NU, kami menganut prinsip tawassuth (moderat-red), tawazun (keseimbangan-red), tasamuh (toleransi) dan i’tidal (tegak lurus dalam keadilan-red). Empat prinsip itulah yang digunakan oleh para ulama terdahulu hingga sampai kepada kita. Toleransi beragama, toleransi berkeyakinan itu suatu hal yang mutlak. Pada Muktamar NU pada tahun 30an sudah diputuskan bahwa NKRI itu sudah final, dan bukan hanya untuk umat Muslim, ada juga umat Nasrani, Khonghucu, Hindu, Budha, kepercayaan etnis dan budaya, di dalam Islam sendiri ada beragam firqoh (cabang atau aliran-red), itu sudah ada sejak lama, harus dihormati dan tidak boleh dipersoalkan lagi.
Kita sudah hidup berdampingan, sudah hidup akur, kenapa harus dipermasalahkan lagi. Inilah tugas berat kita sebagai sesama Muslim, sesama warga negara, yang sepakat dengan Pancasila dan NKRI, kita harus menghadapi kelompok yang mengatasnamakan agama tetapi menebar kebencian, itu harus diwaspadai.
Deklarasi ANNAS pada hari Minggu (22/11) besok, mereka menyebarkan pamflet, dan disitu ada mengatasnamakan NU, mencatut NU, makanya malam ini saya akan menemui ketua-ketua NU, sikap kita akan semakin tegas. Mereka juga mencatut nama walikota, bupati dan sebagainya, padahal belum ada konfirmasi.
KM: Menurut anda, apakah pemerintah kota Bogor kurang tanggap, sehingga ada acara seperti ini diadakan? Tampaknya pemerintah kecolongan.
RI: Bukan kurang tanggap, tapi mereka menganggap bahwa ini ranah MUI karena berkaitan dengan ormas Islam, padahal mereka harusnya berkoordinasi dengan Muspida untuk mewaspadai bahaya gerakan intoleran, karena bahaya ini bukan hanya mengancam umat Islam, tapi bangsa ini. Awalnya mereka anti maulid, anti ziarah kubur, sekarang mereka mengganti isunya menjadi Syiah. Nanti habis Syiah siapa lagi yang mau dikambinghitamkan oleh mereka? Ini bahaya. Mereka kedoknya agama, padahal Islam sendiri adalah agama yang rohmatan lil alamin. Pemahaman ini lah yang harus kita upayakan bersama-sama di masyarakat.
Mereka secara masif mengatakan bahwa Syiah bukan Islam, Syiah di luar Islam, dan menggeneralisir semua aliran-aliran yang ada dalam Syiah, padahal MUI sendiri belum mengeluarkan fatwa tentang Syiah. Mereka beragenda untuk memecah belah umat. Tugas berat GP Ansor dan Banser ini lah ingin mencegah, jangan sampai ini terjadi.
Dalam sudut pandang kami, selama masih bersyahadat, sholat, menghadap kiblat dan lain sebagainya, itu semua sudah termasuk Islam. Selain itu, juga bukan kewenangan kita untuk mengatakan ini bukan Islam, ini sesat, karena itu kewenangan Allah. Kalau dianggap kurang lurus, ya diluruskan dengan dialog, tabayun, musyawarah dan sebagainya. Jalan itu lebih arif daripada kita menghakimi orang, memvonis orang.
(HJA)
Leave a comment