RS Unimedika Sepatan Tangerang Diduga Lalai Tangani Bayi Kembar Milik Maharani, Satu Bayi Meninggal Dunia

TANGERANG (KM) – Maharani (25), seorang ibu muda asal Kabupaten Tangerang, mengalami duka mendalam setelah salah satu dari bayi kembarnya meninggal dunia. Ia menyayangkan penanganan medis yang dianggap lambat dan tidak sesuai prosedur, baik saat proses persalinan hingga saat kondisi darurat pasca pemulangan dari rumah sakit, Jum’at (17/01/2025) silam.

Maharani mengungkapkan, ia awalnya datang ke Puskesmas dalam kondisi mengandung bayi kembar dengan ketuban pecah dini. Ia langsung dirujuk ke RS Unimedika Sepatan, Kabupaten Tangerang. Namun, meskipun sudah dalam kondisi darurat, ia tetap diminta menunggu hingga pembukaan 10 untuk proses persalinan.

“Padahal sudah jelas hamil kembar dan pecah ketuban, tapi tetap disuruh tunggu bukaan lengkap. Akhirnya tetap caesar juga,” ungkap Maharani saat diwawancarai di kediamannya, Senin (5/5/2025).

Operasi caesar dilakukan sekitar pukul 13.00 WIB ba’da Jumat  pada 17 Januari 2025. Kedua bayi langsung dirawat di ruang NICU karena lahir prematur. Sayangnya, suntikan pematangan paru hanya dilakukan satu kali. Setelah lahiran pun, pihak rumah sakit tidak segera menyerahkan ari-ari, hingga keluarga harus menunggu dan menanyakan berkali-kali, baru diberikan pukul 23.00 malam.

Keesokan harinya, Maharani diperbolehkan pulang, namun kedua bayinya masih dirawat di NICU. Setelah enam hari, tepatnya Kamis 23 Januari 2025, pihak rumah sakit memanggil keluarga untuk menandatangani surat rujukan. Dokter spesialis anak menyebut bahwa salah satu bayi harus dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas jantung dan paru-paru yang lebih lengkap.

Namun anehnya, pada Juma, 24 Januari 2025, kedua bayi justru dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang. “Kami heran, kemarin dibilang harus dirujuk, kok sekarang tiba-tiba sehat dan boleh pulang? Tidak masuk akal,” tutur Maharani.

Hanya dua hari di rumah, Senin pagi, salah satu bayi menunjukkan gejala mencurigakan: mengeluarkan cairan berwarna merah muda dari hidung meski tidak sedang menyusu. Bayi langsung dibawa ke IGD RS Unimedika pukul 08.00 WIB. Namun, bukannya mendapat penanganan segera, keluarga justru diminta antri dan daftar ulang.

“Kami sudah mohon-mohon agar segera ditangani, tapi tidak digubris. Anak kami dibiarkan menunggu di bangku IGD sampai kuning, padahal ruang IGD tampak kosong. Baru jam 11 siang anak kami ditangani, tapi sudah meninggal dunia Senin 27 Januari 2025,” ujar Maharani dengan suara lirih jeritan seorang Ibu.

Kini, sang kakak kembar masih berjuang menjalani perawatan intensif di RSUD Kota Bekasi Chasbullah Abdulmadjid. Bayi tersebut telah menjalani serangkaian pemeriksaan, termasuk skrining laringomalasia di RSCM.

Maharani dan keluarga berharap tidak ada lagi orang tua yang mengalami kejadian serupa, dan meminta perhatian serius dari pihak rumah sakit serta instansi terkait atas kelalaian yang terjadi.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak RS Unimedika. Walaupun wartawan kupasmerdeka.com sudah menghubungi pihak rumah sakit melalui sambungan instagram @rsunimedikasepatantangerang dan tidak ada yang merespon.

Reporter: Luky/HSMY

Editor: Drajat

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*


KUPAS MERDEKA
Privacy Overview

This website uses cookies so that we can provide you with the best user experience possible. Cookie information is stored in your browser and performs functions such as recognising you when you return to our website and helping our team to understand which sections of the website you find most interesting and useful.