Krisis atau Peluang? Dinamika Emas, Perak, dan Minyak di Tengah Gejolak Global
Kolom oleh Kevin Emilian
Pasar komoditas menunjukkan dinamika yang beragam hari ini, dipengaruhi oleh berbagai faktor geopolitik dan kebijakan ekonomi global. Harga-harga utama seperti emas, perak, dan minyak mentah mengalami pergerakan signifikan, mencerminkan dampak dari perkembangan ekonomi dan geopolitik terkini.
Emas (GLD)
Harga emas mengalami penurunan tajam sebesar 1,6%, setelah mencatatkan kenaikan terbesar dalam 20 bulan. Tren saat ini menunjukkan penurunan seiring pelaku pasar yang mengalihkan fokus mereka ke arah kebijakan suku bunga Federal Reserve. Laporan aktivitas bisnis AS yang meningkat memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve kemungkinan akan menahan pemotongan suku bunga, yang menjadi salah satu faktor utama penurunan harga emas. Selain itu, meskipun dolar AS melemah, dampaknya terhadap emas terbatas. Penurunan permintaan aset safe-haven juga terjadi setelah munculnya potensi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon.
Perak (SLV)
Harga perak juga menunjukkan tren penurunan sekitar 1,36%. Penurunan ini terjadi setelah pekan sebelumnya perak mencatatkan kenaikan signifikan akibat ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah. Namun, dengan adanya pengurangan risiko geopolitik, termasuk kesepakatan damai di Timur Tengah, permintaan safe-haven untuk perak menurun. Selain itu, terjadi koreksi teknikal seiring pelaku pasar mengambil keuntungan dari kenaikan tajam sebelumnya.
Minyak (USO)
Harga minyak mentah tetap stabil, dengan Brent berada di $75.30 per barel dan WTI di $71.38 per barel. Tren minyak mentah menunjukkan kenaikan yang didukung oleh berbagai faktor geopolitik, seperti meningkatnya konflik antara Rusia dan Ukraina serta potensi sanksi baru terhadap Iran yang dapat mengurangi pasokan minyak global hingga 1 juta barel per hari. Selain itu, permintaan yang meningkat dari China dan India, dua importir minyak terbesar dunia, turut memperkuat harga minyak mentah. Rebound impor minyak oleh China dan peningkatan throughput kilang India menjadi pendorong utama dalam tren ini. Di sisi lain, penurunan ekspor Rusia turut memperketat pasar minyak mentah global.
India saat ini juga meningkatkan upaya untuk mendiversifikasi pasokan minyak mentahnya dengan menjalin hubungan lebih erat dengan Guyana. Setelah pembelian percobaan kargo minyak dari Guyana pada 2021, India menjajaki peluang untuk kontrak jangka panjang dan eksplorasi sektor hulu di negara tersebut. Kunjungan Perdana Menteri Narendra Modi ke Guyana baru-baru ini menjadi langkah penting dalam memperkuat hubungan bilateral ini. India juga menunjukkan minat dalam partisipasi sektor eksplorasi dan produksi minyak mentah di Guyana, termasuk pengajuan tawaran untuk blok minyak lepas pantai melalui ONGC Videsh, bagian dari Oil and Natural Gas Corp milik pemerintah India. Namun, Guyana menghadapi tantangan dalam menembus pasar India karena adanya persaingan ketat dari pembeli Eropa dan Rusia, serta preferensi kilang India terhadap minyak mentah yang lebih berat dan bersulfur. Selain itu, penurunan harga Liza crude dari Guyana membuat daya saingnya di pasar India semakin tertekan.
Guyana memiliki potensi produksi minyak yang signifikan dengan cadangan mencapai 12 miliar barel setara minyak dan proyeksi produksi mencapai 1 juta barel per hari pada tahun 2026. Namun, untuk memperkuat posisinya di pasar India, Guyana perlu menawarkan ketentuan yang kompetitif mengingat pasar India lebih terbiasa dengan minyak mentah berkualitas berat.
Perkembangan lainnya termasuk peningkatan produksi minyak di kawasan Gabar Mountain, Turki, yang diharapkan mencapai 70,000 barel per hari pada akhir tahun. Hal ini menunjukkan langkah strategis negara tersebut dalam mencapai kemandirian energi. Sementara itu, dalam konteks tren global, Goldman Sachs memperkirakan harga Brent akan berkisar antara $70 hingga $85 per barel pada 2025, dengan potensi kenaikan jika terjadi gangguan pasokan akibat risiko geopolitik.
Secara keseluruhan, pasar komoditas saat ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor geopolitik dan kebijakan moneter. Emas dan perak mengalami tekanan harga akibat sentimen risk-on, sementara minyak mentah terus bergerak naik didukung oleh ketegangan geopolitik dan permintaan yang kuat dari pasar Asia. Pelaku pasar diharapkan terus memantau perkembangan kebijakan Federal Reserve, dinamika geopolitik, dan pola permintaan global untuk memahami arah pergerakan harga komoditas di masa mendatang.
*) – Quotient Fund Indonesia
Leave a comment