Pertunjukan Wayang Ki Cahyo Kuntadi Jadi Penutup Rangkaian Festival Pengmas UI
DEPOK (KM) – Pertunjukan wayang dengan lakon “Amarta Binangun” yang dibawakan oleh Ki Cahyo Kuntadi menjadi penutup Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universtas Indonesia (UI) yang diadakan pada 2–4 Oktober 2024.
Pertunjukan wayang semalam suntuk yang berlangsung di Perpustakaan UI Kampus Depok tersebut menceritakan kisah para Pandawa muda dalam upaya membangun kerajaan Amarta.
Lakon ini menggambarkan semangat pembangunan dan perbaikan, sehingga sangat relevan dengan situasi Indonesia saat ini yang akan memasuki era kepemimpinan baru.
Menurut Dosen Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, Dwi Woro Retno Mastuti, M.Hum., yang menjadi penanggung jawab pada pagelaran ini, UI memiliki visi besar untuk melestarikan kebudayaan yang telah berakar ribuan tahun lamanya. Hal ini sesuai dengan lirik dalam mars UI, yakni pusat ilmu budaya bangsa.
“Lirik ini menggelitik saya. UI sebagai universitas pembina dan terdepan, yang menyandang nama Indonesia, sudah seharusnya memiliki produk unggulan budaya, dan wayang adalah jawabannya,” ujarnya.
Dwi Woro mengatakan bahwa wayang bukan hanya seni bercerita, melainkan warisan nilai bangsa yang mengandung budi pekerti, moral, dan kebijaksanaan. Di tengah kemajuan teknologi digital saat ini, budaya hanya menjadi konten virtual. Untuk itu, generasi muda perlu dihadapkan pada dunia nyata.
“Dengan adanya pertunjukan, kita bisa mengenalkan wayang secara langsung kepada anak-anak muda. Iki lho, nduk, sing jenenge wayang. Coba dipegang, dirasakan dengan hatimu,” kata Dwi Woro.
Meski demikian, menghadirkan pertunjukan wayang dengan mempertahankan otentisitas, namun tetap relevan pada masa sekarang, bukanlah perkara mudah. Dalang harus mampu menjembatani tradisi dan modernitas karena wayang harus mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan rohnya.
Oleh karena itu, Ki Cahyo Kuntadi yang merupakan dalang favorit anak muda, dengan gaya yang santai, membawakan elemen modern ke dalam pertunjukan, termasuk gurauan yang dekat dengan keseharian generasi milenial dan Gen Z.
Sebelum pertunjukan wayang dari Ki Cahyo Kuntadi, Festival Pengmas UI juga menampilkan pertunjukan wayang kulit yang dibawakan oleh dalang bocah, salah satunya adalah Fakih, mahasiswa FIB UI. Menurut Dosen Ilmu Susastra FIB UI, Dr. Ari Prasetyo, S.S., M.Si., penampilan dalang cilik merupakan upaya regenerasi dalam pertunjukan wayang Indonesia.
“Regenerasi itu penting. Oleh karena itu, dalam festival ini, saya ingin memastikan ada dalang cilik yang tampil, sehingga kita bisa melihat masa depan wayang Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, acara ini juga menampilkan wayang sinema Yogyakarta yang menggabungkan elemen tradisional dengan teknologi modern. Dalam pertunjukan itu, elemen klasik wayang dipadukan dengan sentuhan modern, seperti proyektor dan musik digital, sehingga bayangan hitam-putih yang ditampilkan mendapat efek musik dan visual yang membuatnya lebih relevan di era saat ini.
UI juga menampilkan Reog Ponorogo dan bekerja sama dengan berbagai sanggar seni, seperti Sanggar Ayodya Pala, Sanggar Panji Laras, dan Sanggar Rumah Cinwa untuk menampilkan berbagai kesenian, mulai dari seni tari hingga seni lukis.
Seluruh rangkaian pagelaran seni dalam Festival Pengmas diharapkan tidak hanya menjadi ruang bagi masyarakat untuk menikmati kesenian, tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukatif bagi masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI, drg. Nurtami, Ph.D., Sp,OF(K), mengatakan bahwa pada festival ini, masyarakat dapat menikmati berbagai kegiatan, mulai dari talkshow hingga pementasan budaya, sekaligus menyaksikan hasil inovasi dari program pengabdian yang dijalankan dalam lima tahun terakhir.
“Pada kesempatan ini, kami juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada 70 Pengabdi UI Terbaik dan 17 Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat dari berbagai fakultas di tiga rumpun ilmu, yang telah berkontribusi menciptakan inovasi dan membangun solusi bersama bagi masyarakat di tingkat akar rumput,” terangnya.
“Semoga ke depannya kita dapat melanjutkan pengabdian ini, sehingga implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan dapat dipercepat dan tantangan global yang semakin kompleks dapat kita hadapi bersama,” pungkas drg. Nurtami.
Reporter : Drajat
Leave a comment