Forum Tri Hita Karana Resmi Dibuka, Bahas Implementasi “Blended Finance”

Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan membuka forum bisnis Tri Hita Karana di Bali, Rabu 10/10/2018
Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan membuka forum bisnis Tri Hita Karana di Bali, Rabu 10/10/2018

NUSA DUA, BALI (KM) – Menko Maritim Luhut B. Pandjaitan resmi membuka penyelenggaraan Forum Tri Hita Karana (THK) hari ini (10/10) di Nusa Dua, Bali. Dalam sambutan pembukaannya, Luhut mengatakan jika pemerintah akan membantu dengan memberikan insentif bagi para pengusaha berupa regulasi dalam rangka mendorong implementasi Blended Finance sebagai alternatif pembiayaan.

“Pemerintah tentunya akan membantu dengan memberikan insentif yang berupa regulasi. Seperti Perpres tentang sampah dan banyak lagi,” ujar Luhut pada forum yang rencananya akan berlangsung hingga tanggal 11 Oktober 2018.

Lebih lanjut, Luhut menceritakan jika forum tersebut sudah dipersiapkan sejak 1.5 tahun lalu saat perkenalan pertamanya dengan metode blended finance (pembiayaan campuran).

“Saat itu akhirnya kami setuju dengan metode pembiayaan ini, karena kami tidak ingin menggantungkan semua biaya pembangunan hanya kepada APBN, terutama dengan yang berhubungan dengan SDG’s [sustainable development goals]. Tidak sedikit proyek-proyek yang akan kita tandatangani di akhir acara ini nanti, dan kebanyakan berhubungan dengan SDG’s seperti lingkungan hidup, sampah laut, sampah plastik, dan lain sebagainya,” ujar Luhut.

Dukungan dari pemerintah tersebut disambut baik oleh Stewart James, Global Public Affairs HSBC, yang merupakan salah satu partner pada forum tersebut. “Tantangan pembiayaannya tidak kecil sehingga untuk memperkecil resiko, kami butuh support dari pemerintah agar metode pembiayaan ini bisa sukses,” ujar Stewart.

Sementara itu Presiden Yayasan United in Diversity (UID), Mari Elka Pangestu yang juga menjadi salah satu penyelenggara forum ini mengatakan jika kunci dari keberhasilan Blended Finance adalah kerjasama.

“Membangun rasa percaya itu membutuhkan kerja sama, antara lain dari pemerintah dan sektor swasta yang menjadi rekan dalam upaya ini. Dengan adanya forum ini kita bukan hanya membicarakan bagaimana mencapai SDG’s tetapi juga bagaimana agar SDG’s ini bisa terwujud,” terang Mari Elka Pangestu.

“Pembiayaan ini lebih mempertimbangkan biaya sosial ke depan, sehingga harus ramah lingkungan agar dapat menarik investor yang fokus kepada aspek lingkungan. Proyek-proyek pembangunan kita yang berhubungan dengan SDG’s jumlahnya tidak sedikit seperti ecotourism, lingkungan hidup, health, ekonomi perempuan, dan lain-lain,” lanjut Mari Elka.

Mari Elka juga menjelaskan jika tiga tahun lalu Bappenas telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dengan target pembangunan infrastruktur sebesar Rp 5,519 triliun, yang 40% nya bersumber dari APBN. “Banyak dari target-target tersebut relevan dengan pencapaian SDGs, seperti pengentasan kemiskinan, penyediaan air bersih dan sanitasi, serta penyediaan infrastruktur untuk mendorong industri. Kita akan melihat pertumbuhan seperti apa yang bisa berkelanjutan untuk Indonesia dan kita bisa melihat apa yang menjadi keinginan investor dan dari situ kita bisa melihat bentuk pembiayaannya. Jadi kita harus melakukan kerja sama antara sektor swasta, masyarakat dan para pemangku kepentingan, tegasnya.

Menurut Mari Elka, hal tersebut tidak terlalu sulit dilakukan karena banyak program dan proyek Indonesia yang telah seiring dengan pencapaian SDG’s seperti green sukuk bond, green bond dan OJK pun telah mengeluarkan roadmap keuangan berkelanjutan dan banyak lagi.
Pada forum tersebut juga akan dibahas manfaat blended finance sebagai salah satu instrumen keuangan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menutup keterbatasan ruang fiskal, menarik sumber-sumber pendanaan internasional masuk ke Indonesia dan sekaligus berkontribusi pada kestabilan sistem keuangan negara. Forum tersebut digelar paralel dengan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali yang sampai hari ini telah mencatat peserta sebanyak 35,557 orang.

Reporter: Sudrajat
Editor: HJA

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*