Apresiasi Peran Pers di HPN 2018, Bima Arya: “Kritik Adalah Vitamin”

Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto saat memberikan keterangan kepada wartawan (dok. KM)
Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto saat memberikan keterangan kepada wartawan (dok. KM)

BOGOR (KM) – Di Hari Pers Nasional (HPN) 2018, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto mengajak insan pers untuk berkontribusi terhadap pembangunan daerah sesuai fungsi media sebagai alat kontrol pemerintah.

“Saya mengucapkan selamat hari pers kepada semua insan pers, tidak mungkin kita menikmati demokrasi seperti ini tanpa kebebasan pers,” ungkap Bima Arya di Balaikota Bogor, Jumat (09/02/2018).

“Demokrasi tidak dapat dipisahkan dari keberadaan pers. Sebagai pilar demokrasi yang keempat, pers turut berperan besar dalam pengawasan pembangunan pemerintahan.”

“Yang paling utama, saya berterimakasih atas kebebasan pers yang ada saat ini sehingga saya bisa menerima kritikan. Pers merupakan pilar utama dalam pengawasan pembangunan pemerintahan. Bagi saya kritik itu adalah vitamin. Terimakasih kepada pers yang telah mengartikulasikan aspirasi, harapan atau kritik dari warga kepada saya. Menyampaikan dan memberitakan hal-hal yang masih kurang maksimal dalam program-program pemerintahan,” jelas Bima Arya.

“Sejauh ini saya banyak menerima informasi dan masukan justru dari para awak media. Utamanya melalui grup Whatsapp. Saya pantau grup WA, semuanya ada ratusan. Saya pantau kritikan-kritikan yang ada di situ. Justru grup WA yang paling kritis lah yang lebih saya lihat, dibanding grup WA yang menyanjung dan memuji-muji,” terangnya.

Bima Arya juga mengaku selama ini banyak pengalamanan menarik dengan teman-teman media. “Seru ya. Rasanya nano-nano dengan wartawan. Asem, manis, macem-macem rasanya. Rame kalau dengan wartawan. Ada masa menyenangkan, menggembirakan, menjengkelkan. Biasalah itu. Semua itu suka duka,” katanya.

Terkait dengan dunia pers, Bima rupanya pernah berkecimpung menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Rakyat Merdeka periode 2009-2010.

“Ya, saya pernah menjadi Pemred Majalah Rakyat Merdeka selama satu tahun. Jadi merasakan menjadi kuli tinta itu tidak mudah. Stres kalau deadline, stres kalau tulisan belum kelar, stres kalau narsum gak mau bicara saat dikonfirmasi. Kalau saya bukan hanya cari bahan tapi mengelola redaksi dan perusahaan juga sebagai Pemred ketika itu. Saya pahamlah suka duka dunia media. Terimakasih kepada teman-teman media atas kritiknya yang membangun. Kritik adalah vitamin buat saya,” pungkasnya.

Reporter: Dody
Editor: HJA

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*