Pengamat Soroti Absennya Wanita dalam Bursa Cagub Jawa Barat

JAKARTA (KM) – Bursa calon gubernur Jawa Barat 2018 saat ini mulai memanas. Sejumlah nama kandidat Bakal Calon sudah mulai diperbincangkan di tengah masyarakat maupun dari hasil survei.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Wakil Gubernur Deddy Mizwar, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, mantan Wakil Gubernur Dede Yusuf merupakan nama-nama tokoh di Jawa Barat yang santer akan akan bertarung menjadi orang No 1 di Provinsi Jawa Barat.
Hingga saat ini, seleksi atau bakal calon gubernur Jawa Barat yang masuk radar partai yang muncul ke permukaan kebanyakan didominasi wajah kaum laki-laki dibanding kaum wanita.
Hal tersebut mengundang reaksi Direktur CBA (Center for Budget Analysis) Uchok Sky Khadafi melalui press release yang disampaikan kepada kupasmerdeka.com, Kamis (06/04/2017).
Menurut Uchok, kaum laki-laki lebih diprioritaskan ketimbang kaum perempuan dalam pertarungan Pilgub Jabar nanti, dan ia menilai bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa partai politik sudah benar-benar memberlakukan sikap diskriminasi bias gender dan “seakan tidak suka kepada kaum perempuan.”
“Padahal, dari arus bawah muncul [figur] seperti Erni Suganti, dr Cellica, dan Netty Prasetiyani. Dan konon PAN juga akan menurunkan Desy Ratnasari, seorang artis, dan anggota DPR untuk diturunkan ke Jabar. Tetapi, publik tidak tahu untuk apa, apakah sebagai Calon gubernur Jabar, atau mau nyanyi ‘Tenda Biru’ saja,” terangnya.
Lanjut Uchok, perempuan-perempuan yang didorong dari arus bawah, bukan sembarang perempuan. Mereka bukan hanya cantik, tetapi juga punya kapasitas dan saat ini punya posisi sebagai pejabat publik. Seperti Erni Suganti yang menjadi anggota DPRD Jabar, dr. Cellica menjabat Bupati Karawang, Netty Prasetiyan Istri Gubernur, dan Desy Ratnasari anggota DPR RI.
Tetapi, masih kata Uchok, nasib mereka untuk maju atau dapat tiket sebagai calon Gubernur Jabar tidak begitu gampang, karena harus bertarung dulu dengan “ego dan kesombongan calon dari para lelaki.”
“Seperti Erni Suganti nan Ayu ini, sebagai kader PKB harus bertarung dengan calon lain, dari PKB juga  seperti, KH. Maman Imanulhaq anggota DPR atau ketua DPW PKB, H. Dedi Wahidi. Sedangkan Netty Prasetiyani, untuk dapat restu dari PKS, harus bertarung dan bisa mengalahkan calon-calon dari PKS seperti Deddy Mizwar sebagai Wakil Gubernur Jabar dan Iwa Karniwa Sekda Jabar. Sementara dari partai Demokrat, dr. Cellica Nurrachadiana juga harus bersaing dari teman separtai yaitu Dede Yusuf anggota DPR RI kalau ingin maju jadi gubernur Jabar,” ungkapnya.
Jadi dengan begitu, menurutnya, peluang perempuan-perempuan ini untuk maju sebagai Calon Gubernur Jabar bukan ditentukan oleh arus bawah rakyat. “Mereka akan ditentukkan oleh para laki-laki pengurus partai yang tidak suka pada perempuan. Menganggap Gubernur Jabar masih cocok dipimpin seorang lelaki, bukan perempuan,” katanya.
“Padahal, kalau para pengurus partai belajar dari deklarasi RK [Ridwan Kamil] oleh Partai Nasdem, pamor RK di mata publik bukan naik, malah menurun. Seperti lampu yang tadinya terang benderang, kini menjadi redup. Publik Jabar sudah bosen dengan gaya kepemimpinan RK saat ini. Kerjanya hanya ‘gaya-gayaan’ hanya mencari sensasi picisan di depan publik. Apalagi, dalam kasus Operasi tangkap tangan pungli kota Bandung atas Dandan Riza Wardana, seharusnya Walikota Bandung Ridwan Kamil harus ikut diperiksa Polisi tuh,” pungkasnya.
* Red
Leave a comment