Menanti Pemugaran Candi Solok Sipin, Cagar Budaya yang Terlupakan

JAMBI (KM) – Ayam jantan tak hentinya berkokok sahut menyahut dengan suara mengaji dari Mesjid Agung Alfalah yang memang letaknya tak terlalu jauh dari Cagar Budaya Candi Solok Sipin. Waktu hampir tengah hari, pukul 11.11 WIB, ketika Kupas Merdeka mengunjungi situs tersebut pada Jumat, 28 April 2017.
Meski berada di pusat kota Jambi, namun kesan kumuh dan tak terurus mewarnai perjalanan, mulai dari lepas Jalan Raya Slamet Riyadi masuk lorong yang sempit dengan kondisi rumah warga yang rapat dengan jalan, kemudian melintasi gorong-gorong dengan pemandangan air limbah dari rumah warga, dan sampailah kita di cagar budaya Candi Solok Sipin.

Reruntuhan Candi Solok Sipin, Jambi (dok. KM)
Jika dihitung dari jalan utama Slamet Riyadi, jaraknya berkisar 150 meter saja.
Bersyukur, kehadiran Kupas Merdeka disambut dengan senyum persahabatan dari sang Jupel (Juru Pelihara) Situs bernama Sudianto alias Edi. Dengan lugas Edi yang baru bertugas selama 3 bulan menggantikan sang ayah sebagai honorer Balai Pelestarian Cagar Budaya Kemendikbud untuk Cagar Budaya Candi Solok Sipin, menerangkan panjang lebar seputar Candi Solok Sipin.
“Permasalahan di sini untuk jangka pendek adalah soal area situs ini yang belum dipagar dengan sempurna, ini masih darurat, tapi sudah lebih baik lah. Sebelum ada pagar, banyak batu-batu disini berpindah ke rumah-rumah warga, sedang untuk jangka panjangnya adalah bagaimana seluruh kawasan Candi Solok Sipin ini bisa steril. Apakah akan dijadikan semacam komplek percandian, atau juga akan bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata, jika nantinya semua sudah bisa dipugar dan diwujudkan bentuk aslinya. Kalau sekarang kan yang terlihat hanya susunan batu-batu yang sebagian besar telah tidak utuh,†ungkap Edi.

Sudianto alias Edi, Juru Pelihara Candi Solok Sipin, Jambi (dok. KM)
“Ini adalah bekas penggalian, disana terdapat semacam pintu masuk dan di dalamnya ditemukan 4 buah makara yang cukup besar, ada patung Budha yang tingginya mencapai 4,5 meter, seluruh temuan tadi sudah dipindahkan ke Museum, yang diduga merupakan peninggalan kerajaan Hindu-Budha abad ke-7. Nah, pasca penemuan makara dan Patung Budha tadi, lorong galian tadi kembali ditutup, dan kita belum tau kapan candi ini akan dipugar, tapi dengar-dengar sudah ada rencana dari balai untuk melakukan pemugaran.â€
Di sudut kanan Candi ini ada 2 buah makam tua, yang merupakan makam Datuk Gedong, seorang yang terkenal dengan kesaktianya beserta makam istrinya. Hingga saat ini selalu ada saja yang berziarah ke Makam datuk Gedong.
Ketika ditanya apakah pernah ada kejadian yang aneh-aneh disekitar sini, ia mengatakan bahwa memang kerap terjadi fenomena yang aneh di sekitar cagar budaya tersebut.
“Kalau warga disini sudah terbiasa dengan hal-hal yang aneh itu, cukup sering ada yang kerasukan disini, mereka yang kerasukan tak selalu mereka yang mungkin nakal, atau usil, tapi bisa juga karena kondisi mereka yang sedang labil. Yang paling sering, yang [merasuki] itu menyampaikan kemarahan karena tempat ini kotor, inginnya kawasan candi ini harus terus dibersihkan. Wallahualam siapa roh yang merasuki, tapi yang diinginkannya candi ini harus selalu bersih,†ujar Edi.
Edi alias Sudiono, sang Juru Pelihara Candi Solok Sipin, juga menghabiskan waktunya sebagai sopir mobil ikan dan montir di bengkel motor.
“Yahh, mau bagaimana lagilah Pak, keluarga saya harus makan juga, anak-anak saya harus sekolah juga, berharap untuk diangkat jadi PNS harapan itu mungkin jauh, tapi Insya Allah sejak orang tua saya dan sekarang saya menjadi Jupel di candi ini, sudah tak adalagi batu-batu candi yang hilang.â€
Menutup pertemuan, Edi menyampaikan harapannya, agar komplek candi ini segera dapat pembangunan pagar yang baik.
“Minimal area yang telah dibebaskan ini lah (11 x 17 meter), jalan menuju kesini supaya bisa dipercantik, juga upaya untuk pembebasan lahan dapat dilanjutkan lagi, yang kita dengar sampai saat ini adalah belum adanya kesepakatan soal nilai ganti rugi dari Balai dengan warga, apakah dari Walikota, atau Gubernur, kami berharap komplek percandian ini segera dapat dipugar seluruhnya,” tutup Edi.
Reporter: Deny
Editor: HJA
Leave a comment