Debus Banten Pancasona Unjuk Kebolehan Di Pelataran Sasana Kriya Taman Mini Indonesia Indah Jakarta

Atraksi Debus Banten Group Pancasona Serang-Banten di TMII (dok. KM)
Atraksi Debus Banten Group Pancasona Serang-Banten di TMII (dok. KM)

JAKARTA (KM) - Dengan mata tertutup 3 sabuk pinggang berwarna hitam, kemudian masih ditutupi lagi dengan penutup kepala yang juga berwarna hitam, seorang pemuda beraksi ditengah kerumunan penonton dengan memainkan pisau belati, mirip silat yang dimainkan oleh tokoh legendaris Si Pitung. Tak ayal, penonton yang berada dibarisan paling depan bergegas menghindar takut terkena sabetan belati yang terlihat sangat tajam dan berkilau. Tiba-tiba “Ssseeppp… Seeeeppp…” belati yang tajam itu mengiris timun yang berada diatas kepala seorang anak yang juga berseragam hitam-hitam bertuliskan Pancasona.

Kepada Kupas Merdeka, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Kamis 20 April 2017, Bang Sahri selaku pimpinan grup Debus Pancasona yang berasal dari Serang, Banten, mengatakan bahwa untuk mencapai tahapan seperti yang dilihat tadi, perlu latihan yang serius dan bersungguh-sungguh penuh konsentrasi. “Proses latihan sendiri bisa memakan waktu selama 6 bulan sampai 3 tahun, ini sangat tergantung dengan tingkat kesungguhan anak-anak dalam mengikuti proses latihan dan bakat dari diri anak itu sendiri,” terangnya.

“Selain untuk melatih daya konsentrasi anak-anak kita, tentunya ini adalah warisan leluhur masyarakat Banten yang harus kita lestarikan, jangan sampe Debus tradisional Banten ini hilang ditelan derasnya budaya-budaya asing yang tidak sesuai dan mungkin juga bisa membuat anak-anak kita lupa dengan budaya nenek moyang mereka,” lanjut Sahri.

“Alhamdulillah sejauh ini budaya Banten khususnya dalam seni beladiri Debus ini sangat terpelihara, ada 5000-an anggotanya, dan yang secara khusus dengan kami bersma Pancasona ini ada 200 lebih.”

Mengenai besaran biaya yang dibutuhkan masyarakat jika ingin memanggil grup asuhanya untuk tampil meramaikan acara-acara tertentu, Bang Sahri mengatakan “Itu tidak ada angka berapa pastinya, kami menyesuaikan saja, dikasi banyak Alhamdulillah, dikasih sedikit Alhamdulillah juga, yang terpenting bagi kami, bagaimana Debus sebagai warisan nenek moyang masyarakat Banten ini tetap lestari.”

Reporter: Deny
Editor: HJA

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*