Kalah Bersaing Dengan Angkutan Online, 5 Perusahaan Bus Gulung Tikar

BOGOR (KM) – Keberadaan angkutan dan ojek berbasis aplikasi online dinilai telah mengakibatkan menyusutnya penumpang, baik penumpang bus di terminal maupun penumpang ojek pangkalan.
Hal ini terlihat dari catatan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor yang menunjukkan bahwa jumlah penumpang bus dari tahun ke tahun terus menurun, dan dikhawatirkan pengusaha angkutan offline terancam gulung tikar alias bangkrut.
“Turunnya jumlah penumpang akibat masyarakat lebih memilih transportasi yang relatif [lebih] aman dan efisien. Walaupun masih ada penumpang yang setia menggunakan bus untuk bepergian keluar kota yang memakai angkutan manual,†ungkap Kepala Terminal Baranangsiang Kota Bogor, Iwan Kurniawan kepada kupasmerdeka.com belum lama ini.
Menurut Iwan, selain itu ada faktor lain, yakni beralihnya penumpang bus ke KRL commuterline seiring penataan transportasi massal berbasis kereta listrik itu yang semakin lebih baik.
“Ongkosnya jauh lebih murah dibandingkan bus. Tidak dipungkiri juga kalau menggunakan commuterline lebih cepat sampai tujuan,†ujarnya.
Lanjut Iwan, penurunan jumlah penumpang bus di terminal Baranangsiang dari tahun ke tahun cukup tajam. Seperti pada 2015 lalu, jumlah penumpang angkutan kota antar provinsi (AKAP) mencapai 2.116.377 penumpang. Sedangkan untuk angkutan kota dalam provinsi (AKDP) mencapai 770.847 penumpang.
“Dan pada tahun 2016 , penumpang AKAP hanya 1.747.882 dan AKDP berjumlah 620.650 penumpang. Data tersebut sudah jelas menurun setiap tahunnya,†tuturnya.
Kata Iwan, karena perusahaan bus manual tidak mau berkompetisi dengan perusahaan angkutan lain, akibatnya 5 perusahaan bus bangkrut, baik jalur AKAP maupun AKDP.
“Sekarang saja sudah ada lima perusahaan yang tutup, mungkin karena tidak dapat bersaing,†jelasnya.
(ded)
Leave a comment