Pasca Kemenangan Trump: Dampak Kebijakan Pro-Bisnis terhadap Harga Komoditas Global

Kolom oleh Quotient Fund

 

Setelah kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS, pasar global menunjukkan perubahan signifikan. Kebijakan pro-bisnis dan protektif terhadap ekonomi AS telah menguatkan dolar, yang mempengaruhi minat investor terhadap aset seperti emas dan perak.

 

Emas
Saat ini, harga emas global sedang mengalami tren penurunan. Penguatan dolar akibat kebijakan pro-pertumbuhan dan ekspektasi kenaikan suku bunga semakin menekan harga emas. ETF emas seperti GLD juga berada dalam tren menurun setelah mencapai posisi tertinggi sepanjang masa, menghadapi resistensi di sekitar USD 253 sebelum turun lebih rendah. Momentum penurunan ini diperkuat oleh sentimen risk-on akibat optimisme pasar terhadap ekonomi AS serta ekspektasi kebijakan ekonomi baru di bawah Trump.

Harga emas di India juga mengalami penurunan signifikan. Penurunan ini dipengaruhi oleh penguatan dolar serta ekspektasi kebijakan ekonomi Trump yang mungkin meningkatkan suku bunga dan memperkuat dolar AS. Jika ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya di Lebanon Selatan, meningkat, permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven bisa kembali naik. Jika dolar melemah atau ada perubahan kebijakan dari The Fed, emas mungkin kembali mendekati level USD 2.700.

 

Perak
Harga perak menunjukkan tren serupa dengan emas. Setelah Diwali, harga perak turun dari posisi puncak dan sekarang berada lebih rendah di India. ETF perak seperti SLV juga mengikuti tren menurun, meskipun harga perak sempat melonjak. Penurunan saat ini terjadi karena penguatan dolar AS yang menurunkan daya tarik aset safe haven. Tren bearish kemungkinan dominan dalam jangka pendek karena pasar lebih condong pada aset berisiko dalam optimisme terhadap kebijakan ekonomi AS yang baru.

 

Minyak
Harga minyak mentah dunia juga mengalami tekanan. Harga Brent turun sekitar 2,33%, sementara WTI turun 2,74%. ETF minyak seperti USO juga mengalami koreksi setelah harga minyak mentah sempat naik akibat kekhawatiran badai Rafael di Teluk Meksiko. Namun, kekhawatiran tersebut mereda setelah badai melemah, dan lebih dari 22% produksi minyak AS di wilayah tersebut sudah pulih, dengan perusahaan-perusahaan seperti Shell dan Chevron mulai melanjutkan operasi.

 

Selain itu, pasar kecewa dengan langkah stimulus ekonomi China yang dianggap tidak cukup kuat untuk meningkatkan permintaan minyak secara signifikan. China, yang sebelumnya mendorong pertumbuhan permintaan energi global, kini menunjukkan penurunan konsumsi minyak karena perlambatan ekonomi, peningkatan penggunaan energi terbarukan, dan pertumbuhan kendaraan listrik. Sementara itu, OPEC+ berencana mengembalikan pemotongan produksi sekitar 2,2 juta barel per hari mulai Januari, yang dapat menambah tekanan pada harga minyak.

 

Geopolitik dan Kebijakan Ekonomi
Trump mungkin mempertimbangkan kebijakan untuk memperketat sanksi terhadap Iran dan Venezuela, yang bisa mengurangi pasokan minyak global dan meningkatkan harga minyak. Jika permintaan bahan bakar di AS meningkat selama musim dingin, harga minyak bisa terdorong lebih tinggi. Selain itu, kebijakan ekonomi pro-bisnis dan kemungkinan pemotongan pajak di bawah Trump bisa memperkuat dolar AS lebih lanjut dan meningkatkan ekspektasi inflasi, yang dapat mengurangi daya tarik aset seperti emas. Investor disarankan tetap waspada terhadap pergerakan pasar akibat ketidakpastian kebijakan Trump, yang cenderung mendukung dolar AS dan menekan harga komoditas seperti emas dan perak.

 

Prospek
Di tengah ketidakpastian ini, ETF seperti GLD, SLV, dan USO akan terus mengalami volatilitas tinggi, dengan faktor-faktor seperti kebijakan moneter The Fed, fluktuasi dolar, serta ketegangan geopolitik global yang menjadi penggerak utama pergerakan harga.

 

*)- Quotient Fund Indonesia

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*