Ketegangan Geopolitik Dorong Kenaikan Logam Mulia, Minyak Alami Tekanan Campuran
Kolom oleh Devin Emilian*)
Emas (GLD)
Harga emas baru-baru ini menunjukkan penguatan signifikan, didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik akibat konflik Rusia-Ukraina serta pelemahan dolar AS. Dalam beberapa hari terakhir, harga emas naik sekitar 0,8%, baik pada pasar spot maupun kontrak. Momentum ini didukung oleh berbagai faktor utama:
– Ketegangan Geopolitik: Konflik Rusia-Ukraina meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven, menguatkan posisinya di tengah ketidakpastian global.
– Ekspektasi Kebijakan The Fed: Antisipasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 0,25% pada Desember melemahkan dolar AS, yang secara historis mendukung kenaikan harga emas.
– Aksi Bank Sentral: Bank-bank sentral global terus menambah cadangan emas, yang semakin memperkuat tren positif ini. Data dari SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar dunia, menunjukkan peningkatan kepemilikan sebesar 0,36% menjadi 875,39 ton.
Selain itu, investor terdorong oleh kekhawatiran fiskal di AS dan potensi dampak kemenangan Donald Trump dalam pemilu 2024, yang dapat memicu ketidakpastian lebih lanjut. Goldman Sachs memperkirakan bahwa harga emas dapat mencapai USD 3.000 per ons pada akhir 2025, didorong oleh aksi beli bank sentral dan ketidakpastian global yang berlanjut. Meski demikian, konsolidasi pasar setelah kenaikan tajam dapat menjadi hambatan sementara bagi momentum ini.
Perak (SLV)
Perak mencerminkan tren serupa dengan emas, dengan kontrak berjangka mencatat kenaikan sekitar 0,3%. Eskalasi geopolitik, terutama konflik Rusia-Ukraina, menjadi pendorong utama penguatan perak sebagai aset pelindung nilai. Selain itu, peran perak sebagai safe haven di tengah inflasi dan ketidakpastian global semakin memperkuat posisinya.
Namun, tekanan datang dari pelemahan ekonomi China, yang merupakan salah satu importir terbesar logam mulia. Stimulus ekonomi yang diumumkan pemerintah China belum mampu mendorong permintaan perak secara signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa permintaan logam dari China tetap lesu, menambah hambatan pada prospek jangka menengah untuk harga perak.
Minyak (USO)
Pasar minyak saat ini menghadapi dinamika yang kompleks, mencatat penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Berikut adalah faktor-faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga minyak:
1. Kenaikan Stok Minyak
Stok minyak mentah AS meningkat sebesar 545 ribu barel menjadi 430,3 juta barel pada pekan yang berakhir 15 November, menurut laporan EIA. Hal ini jauh melampaui ekspektasi kenaikan sebesar 138 ribu barel. Meski stok di hub NYMEX Cushing, Oklahoma, turun 140 ribu barel, angka tersebut masih menjadi perhatian pasar.
2. Ekspor Minyak
Ekspor minyak mentah AS mencapai level tertinggi sejak September, naik hampir 1 juta barel per hari menjadi 4,14 juta barel per hari. Insentif arbitrase untuk mengirim minyak AS ke Eropa Barat Laut semakin mendukung peningkatan ekspor ini.
3. Permintaan yang Lemah
Permintaan minyak global tetap menjadi tantangan. Ekonomi China, yang biasanya menjadi penggerak utama permintaan minyak, masih menghadapi perlambatan meski ada stimulus pemerintah. Implikasi ini memperlemah potensi kenaikan harga dalam jangka pendek.
4. Pasokan Global
Pemulihan kapasitas penuh di ladang Johan Sverdrup di Norwegia menambah tekanan pada pasokan global. Selain itu, pertemuan OPEC+ pada 1 Desember mendatang diperkirakan akan menghasilkan keputusan untuk menunda peningkatan produksi, mengingat lemahnya permintaan global.
5. Dampak Geopolitik
Konflik Rusia-Ukraina dan eskalasi ketegangan di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran, menciptakan risiko tambahan bagi pasar minyak. Ukraina baru-baru ini meluncurkan rudal Storm Shadow ke Rusia, menambah premi risiko pada harga minyak.
6. Proyeksi Pasar
Goldman Sachs memprediksi bahwa tekanan bearish pada pasar minyak akan berlanjut hingga 2025, dengan potensi harga turun ke USD 65 per barel. Peningkatan pasokan dan lemahnya permintaan, terutama dari China, menjadi faktor utama yang mendukung proyeksi ini.
Kesimpulan
Pasar saat ini menunjukkan perbedaan tren yang mencolok antara logam mulia dan minyak mentah. Emas dan perak terus menunjukkan tren naik yang kuat, didukung oleh ketegangan geopolitik, pelemahan dolar AS, dan aksi spekulatif investor. Sementara itu, minyak menghadapi tekanan akibat peningkatan stok dan lemahnya permintaan global, meskipun risiko geopolitik tetap menjadi faktor pendukung harga.
Kombinasi faktor geopolitik, fundamental ekonomi global, dan kebijakan moneter utama akan terus menjadi pendorong utama pergerakan harga untuk ketiga aset ini di masa mendatang.
Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489
Rls: rso
Leave a comment