Peran Dominan Tiongkok dan India Dalam Pasar Emas Global
Kolom oleh Regen Lee*)
Emas (GLD)
Tiongkok dan India memainkan peran sentral dalam dinamika pasar emas global. Sebagai produsen dan konsumen emas terbesar dunia, kebijakan ekonomi dan sosial kedua negara ini sangat mempengaruhi harga emas di pasar internasional.
Permintaan emas di kedua negara didorong oleh berbagai faktor, mulai dari nilai budaya dan agama (India) hingga upaya diversifikasi cadangan devisa (Tiongkok).
Meskipun harga emas yang tinggi menjadi tantangan, terutama di India, prospek jangka panjang emas tetap positif. Faktor-faktor seperti ketidakstabilan geopolitik, kebijakan moneter longgar, dan pelemahan dolar AS mendukung kenaikan harga emas.
Namun, investor perlu tetap waspada terhadap potensi risiko seperti perbaikan ekonomi global yang mendadak. Secara keseluruhan, emas masih dianggap sebagai aset safe-haven yang menarik di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Perak (SLV)
Analisis teknis menunjukkan sinyal-sinyal positif, seperti perak menembus level resistensi dan pola bullish terbentuk. Selain itu, kebijakan moneter longgar dari Tiongkok, yang berupa penurunan suku bunga dan stimulus ekonomi, juga turut mendorong kenaikan harga perak.
Tidak hanya perak, saham-saham perusahaan pertambangan perak juga menunjukkan tanda-tanda positif yang serupa. Faktor lain yang mendukung kenaikan harga perak adalah kinerja emas yang kuat dan potensi melemahnya dolar AS.
Penulis juga menyoroti pentingnya rasio emas terhadap perak sebagai indikator pergerakan harga perak. Secara keseluruhan, penulis meyakini bahwa berbagai faktor fundamental dan teknis mendukung kenaikan harga perak dalam waktu dekat.
Minyak (USO)
Produksi minyak Libya yang sempat terhenti akibat perselisihan politik mengenai kepemimpinan Bank Sentral Libya, akan kembali dilanjutkan pada tanggal 1 Oktober 2024.
Kesepakatan yang baru tercapai antara faksi-faksi yang bertikai telah membuka jalan bagi dimulainya kembali aktivitas produksi minyak.
Penghentian produksi minyak ini telah menyebabkan penurunan signifikan dalam ekspor minyak Libya dalam beberapa bulan terakhir. Dengan dimulainya kembali produksi, diharapkan ekspor minyak Libya akan kembali pulih ke tingkat sebelumnya, yaitu sekitar 1,2 juta barel per hari.
Kesepakatan ini merupakan hasil dari mediasi PBB dan diharapkan dapat membantu menstabilkan situasi politik di Libya serta memulihkan ekonomi negara tersebut yang sangat bergantung pada sektor minyak.
*) Analis Quotient Fund
Leave a comment