Berbicara Sejarah di Bogor. Ra Dien; Hilangnya Pendopo Kewedanaan Jasinga di Bogor Adalah Bukti Kepedulian Pemerintah yang Patut Dipertanyakan

BOGOR (KM) – Berbicara Kabupaten Bogor, tentu tidak akan terlepas dari wilayah yang disebut Jasinga. Salah satu wilayah yang berada antara perbatasan kabupaten Bogor dan Banten.

Mengutip dari beberapa sumber dan sejumlah catatan pada tahun 1745, cikal bakal masyarakat Kabupaten Bogor semulanya berasal dari 9 kelompok pemukiman.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ra Dien, salah satu pemuda asli Jasinga Bogor yang peduli terhadap budaya dan sejarah di wilayah kabupaten Bogor khususnya Jasinga, dirinya mengungkapkan 9 kelompok pemukim itu terdiri dari 3 gabungan kelompok besar antara lain, Buitenzorg (wilayah tengah), Tjibaroesa/Djonggol (wilayah timur dan utara) dan Jasinga (wilayah barat).

Pada saat itu, 3 gabungan tersebut digabungkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Baron van Inhof, yang mana ia menjadi inti kesatuan masyarakat Kabupaten Bogor.

Perlu diketahui, pada awal abad ke-20, Kabupaten Bogor terbagi menjadi lima kawedanan, masing-masing dipimpin oleh seorang demang.

Kawedanan sendiri merupakan bahasa Jawa, yang berarti wilayah administrasi kepemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang berlaku pada masa Hindia Belanda dan beberapa tahun setelah kemerdekaan Indonesia yang dipakai di beberapa provinsi, salah satunya Jawa Barat.

Pasca Proklamasi, tepatnya pada era Republik Indonesia Serikat atau RIS, Kabupaten Bogor masuk dalam wilayah Negara Pasundan.

Dimana kemudian keluar SK Wali Negeri Pasundan Nomor 12 yang menyatakan bahwa Kabupaten Bogor kembali dibentuk beberapa Kawedanan, yaitu;

•Kawedanan Buitenzorg, mencakup Ciomas, Semplak, Kedunghalang, Ciawi, Cisarua, Cigombong, dan Cijeruk; serta seluruh wilayah Kota Bogor saat ini;

•Kawedanan Cibinong, mencakup Cibinong, Bojonggede, Tajurhalang, Sukaraja, Citeureup, Babakan Madang dan sebagian wilayah Kota Depok saat ini;

•Kawedanan Parung, mencakup Parung, Gunungsindur, Kemang, Rumpin, Ciseeng, dan sebagian wilayah Kota Depok saat ini;

•Kawedanan Jonggol, mencakup Jonggol, Gunung Putri, Cileungsi, Cariu, Tanjungsari dan sebagian wilayah Kota Depok dan sebagian wilayah selatan Kota Bekasi serta Kabupaten Bekasi dan sebagian wilayah selatan Karawang;

•Kawedanan Leuwiliang, mencakup Leuwiliang, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan, dan Dramaga;

•Kawedanan Jasinga, mencakup Jasinga, Sukajaya, Tenjo, Nanggung, Cigudeg, dan Parung Panjang.

Ya, Kewedanaan Jasinga adalah salah satu kewedanaan yang pernah berdiri di Kabupaten Bogor.

Kewedanaan Jasinga terletak di bagian barat Kabupaten Bogor dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang di Provinsi Banten.

Kewedanaan Jasinga meliputi kecamatan Jasinga, Cigudeg, Tenjo, Parungpanjang, Nanggung, dan Sukajaya.

Wilayah Jasinga adalah Garis Demarkasi Pertahanan

Dilansir dari berbagai sumber, masih kata Ra Dien, pada tahun 1945-1949, wilayah Jasinga merupakan basis perjuangan. di mana ketika itu, Jasinga menjadi benteng pertahanan bagi daerah Karesidenan Banten dalam mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945 kemerdekaan Republik Indonesia.

Wilayah Jasinga kala itu menjadi pertahanan militer, dengan dukungan penuh dari masyarakat setempat, Jasinga juga sebagai tempat peristirahatan bagi para pejuang setelah melakukan pertempuran.

Bukan hanya itu, Jasinga juga menjadi tempat dapur umum ketika saat menghadapi penjajah Netherland Indies Civil Administration.

Disamping itu, secara politis maupun taktis wilayah Jasinga dijadikan sebagai pemerintah (darurat) RI Kabupaten Bogor. Namun sayang, keberadan Sejarah Kewedanaan Jasinga saat ini samar seiring dengan kabut waktu. Ra Dien menilai ada kesan pembiaran yang disengaja.

“di atas tanah negara yang konon sudah merdeka, ada pengkaburan Sejarah Kewedanaan Jasinga yang dibiarkan terkubur dalam keranda waktu,” ucap Ra Dien, (15/8).

Menurutnya, hal itu dapat dilihat dari puing-puing keberadaan Pendopo Kewedanaan Jasinga yang patut dipertanyakan kepada pemerintah dan instansi terkait.

“Patut ditanyakan kepada wakil rakyat, kepada pribadi-pribadi kita yang katanya bangsa yang besar, sejauh mana kita peduli pada Sejarah,” ujarnya.

“Sejarah yang dapat memperkuat rasa nasionalis, sejarah yang dapat menuntun kita untuk tidak kehilangan adab kepada para pendahulu kita,” jelasnya.

 

Reporter: Din/Septiawan

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*


KUPAS MERDEKA
Privacy Overview

This website uses cookies so that we can provide you with the best user experience possible. Cookie information is stored in your browser and performs functions such as recognising you when you return to our website and helping our team to understand which sections of the website you find most interesting and useful.