Kasus Pelecehan Yang Diduga Dilakukan Oleh Oknum Ketua Hari Nelayan dan Sekjen HNSI Mendapat Kecaman Mantan Wakil Bupati dan Tokoh Budaya Pelabuhanratu
Sukabumi (KM) – Mantan Wakil Bupati Sukabumi H. Ucok dan tokoh budaya masyarakat Palabuhanratu, menyuarakan kekesalannya terhadap pelaksanaan tradisi hari nelayan yang dianggapnya telah kehilangan nilai sakral dan makna budaya.
Kepada awak media hari Senin tanggal 15 Juli 2024 di didepan gedung Satreskrim Polres Sukabumi dalam wawancara eksklusifnya, H. Ucok mengungkapkan kekecewaannya terhadap insiden yang terjadi dalam kasus pelecehan yang di lakukan ketua umum hari nelayan tersebut,” tuturnya.
“Yang pasti yang miris saya mendengarnya sampai sakit hati sebenarnya dengan adanya kejadian ini, karena saya secara pribadi, istri saya adalah Putri Nelayan tahun 2000. Dan kejadian ini, sangat membuang perasaan,” ungkap H. Ucok.
Ia menambahkan bahwa perpindahan ibu kota kabupaten ke Palabuhanratu dulunya sangat sulit, sehingga insiden seperti ini sangat mengecewakan.
H. Ucok juga menyerukan agar pihak berwajib, termasuk Polres, Polda, dan Mabes Polri, menindak tegas oknum-oknum yang terlibat tanpa pandang bulu. “Saya berharap kepada Polres, mungkin Polda sama Mabes Polri ini harus di tindak tegas, tanpa kontrol,” tegasnya.
Menanggapi pertanyaan mengenai oknum yang sedang menjabat dalam organisasi KNPI dan jadi ketua hari nelayan terkait, H. Ucok menyatakan pentingnya penyelidikan lebih lanjut.”Ya mungkin bisa saja, kalau ada kejadian sebelum ini. Dan harusnya ini harus di periksa terus, harus selidiki terus.mungkin bukannya kasus ini saja,” ujarnya.
“Selain menjabat sebagai ketua pesta hari nelayan,oknum tersebut juga merupakan ketua KNPI. H. Ucok dengan tegas menyatakan bahwa oknum tersebut harus diberhentikan dari semua jabatannya.”Ya harusnya dipecat. Pecat dari organisasi, pecat dari KNPI, pecat dari yang lainnya juga,”tegasnya
H. Ucok juga memberikan pesan khusus kepada pemerintah mengenai pelaksanaan hari nelayan di masa mendatang. Ia menekankan pentingnya keterlibatan langsung dari bupati, wakil bupati, dan DPRD Kabupaten Sukabumi. “Harapan saya, pesan saya, hari nelayan ke depan panitia itu benar-benar harus yang berpengalaman, yang punya moral yang baik. Dan di sini perlu keterlibatan bupati langsung,”tuturnya.
Perbedaan pelaksanaan tradisi hari nelayan antara masa lalu dan sekarang, H. Ucok menegaskan bahwa tradisi di masa lalu lebih sakral. “Sangat beda. Lebih sakral dulu.
Dengan adanya kejadian ini, H. Ucok berharap agar masyarakat dan pemerintah lebih memperhatikan dan menjaga nilai-nilai tradisi dan budaya dalam pelaksanaan hari nelayan di masa mendatang, agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” tutup Haji Ucok sore itu.
Ditempat yang sama Aktivis Tradisi Palabuhanratu Firman Nirwana ikut angkat bicara juga kecam tindakan yang menodai adat setempat yang dianggap menodai tradisi dan adat masyarakat Palabuhanratu mendapat kecaman sangat keras dari Firman Nirwana Bustomi, seorang pegiat tradisi dan kebudayaan setempat. Firman menyatakan bahwa tindakan tersebut menampar tradisi yang selama ini disakralkan oleh masyarakat.
“Ingat bahwa almarhum kakek saya adalah salah satu konseptor hari nelayan kemudian berlanjut ke almarhum ayah saya,sudah dari dahulu juga ada pemilihan putri nelayan, tentu dengan adanya kejadiannya kasus pelecehan yang sudah dilaporkan hal ini tidak sekedar mencederai tapi juga mencoreng tradisi,”tandasnya.
Firman juga menyoroti bahwa pelaku tindakan tersebut adalah oknum ketua hari nelayan, yang seharusnya menjadi penjaga adat dan tradisi bukan malah kejadian seperti ini sangat memalukan,”ujarnya “Apalagi ini pelakunya ketua hari nelayan, tentu sangat menyayangkan merusak tetekon adat dan tradisi yang harusnya dijaga dan di mumule karena peninggalan dari karuhun Palabuhanratu,”pungkasnya
Kecaman ini mencerminkan keprihatinan masyarakat atas upaya pelestarian tradisi yang semakin tergerus oleh tindakan yang tidak bertanggung jawab
Redaksi
Leave a comment