BAGAIMANA STRATEGI “MANDIRI ENERGY” GIBRAN BISA TERWUJUD ? BAGIAN I
Kolom oleh Ahmad Daryoko – Koordinator INVEST.
Dalam debat Cawapres RI semalam, Cawapres no urut 2 Gibran Rabuming Raka menyatakan terkait “kunci” kemajuan bangsa, diantaranya adalah harus menerapkan KEMANDIRIAN ENERGY.
BAGAIMANA CARA MEWUJUDKAN NYA ? ATAU SEKEDAR “RETORIKA” ?
Kalau hal ini serius, maka tidak perlu panjang lebar, cukup Energy Listrik saja, maka Visi Gibran berarti persis dengan “inisiator” berdirinya PLN pada 27 Oktober 1945 yaitu MR. Kasman Singodimejo (Menteri Kehakiman Pertama RI sekaligus Tokoh Masyumi).
MR. Kasman menyerap apa yang telah dilakukan negara2 maju seperti Jerman, Jepang, Perancis dll dalam bidang kelistrikan guna memajukan negaranya, yaitu harus mengelola kelistrikan secara mandiri.
Langsung saja, MR. Kasman gunakan Ideologi Islam dalam konteks pengelolaan Energy (khususnya listrik) “Almuslimuuna shuroka’u fii shalashin fil ma’i wal kalaa’i wannar wa shamanuhu haram ” yang artinya, “Umat Islam/manusia berserikat atas tiga hal yaitu air, ladang dan api. Atas ketiganya diharamkan harganya” (tidak boleh di komersialkan dan harus dikelola Negara sebagai “Infrastruktur”).
Dan Hadhist Riwayat Ahmad diatas pada 18 Agustus 1945 telah di “adopsi” menjadi Pasal 33 ayat (2) UUD 1945, “Cabang Produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai Negara “.
RIWAYAT PERKEMBANGAN PLN !
Memang benar, saat PLN didirikan pada 27 Oktober 1945 (khusus Jawa-Bali) adalah hasil “Nasionalisasi” perusahaan2 listrik Belanda seperti NV Ogem, Aniem, Gebeo, Ebalom, Nigmn dll yang semula dalam kondisi “Unbundling” atau terpisah pisah, selanjutnya pada 1966 disatukan dalam kondisi “Vertically Integrated System” ( sambung menyambung menjadi satu) sekaligus disatukan dengan perusahaan Gas saat itu, sehingga bernama Jawatan Gas dan Listrik Negara. Yang selanjutnya dipisah menjadi Jawatan Gas dan PLN. Dan dengan PP No 18/1972 PLN diresmikan sebagai BUMN bentuk PERUM (Perusahaan Umum) sekaligus sebagai PKUK (Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan).
“PROVOKASI” JOHN PERKINS.
Namun Negara2 Kolonialis dan juga Komunis sudah terlanjur “tergiur” dengan Indonesia, sehingga terjadilah peristiwa 10 Nopember 1945 (Surabaya), Pemberontakan PKI Sovyet 1948 (Madiun) , peristiwa 1 Maret 1949 (Yogyakarta), Pemberontakan G30S/PKI (pengaruh RRC ) Jakarta 1 Oktober 1965. Namun usaha penjajahan kembali ke Indonesia lewat strategi di atas gagal !
Maka pada 1975 negara2 barat mengirim John Perkins (Agent CIA Bidang Ekonomi) untuk menjajah kembali Indonesia. Namun kali ini dengan strategi “merangkak”, yaitu Indonesia di “lemahkan” dulu pertahanan nya diantaranya lewat “pelemahan” Sektor Ketenagalistrikan nya (karena sesuai “fitroh” Hadhist di atas memang sektor energi (api) menjadi “tulang punggung” kedaulatan Negara ).
Maka pada 1975 John Perkins dengan berpura pura sebagai staf Konsultan PLN, masuk/menyusup di Kantor PLN Distribusi Jawa – Barat yang berada di Jl. Asia-Afrika Bandung (sesuai pengakuan/pertobatan ybs dalam buku “The Confession Of An Economic Hitman” atau “Pengakuan Seorang Agent Perusak Ekonomi di Indonesia”).
APA ISI “PROVOKASI” JOHN PERKINS TERSEBUT ?
Target besar Perkins sebagai utusan Negara2 Barat dibawah konspirasi AS adalah melemahkan “pertahanan” Indonesia khususnya lewat sektor energi, dan lebih khusus lagi Sektor Ketenagalistrikan ! Karena Sektor lain juga pasti sudah ada yang di tugaskan untuk “merusak” nya !
Saat itu Perkins bersama person/Agent CIA bidang ekonomi yang lain membuat “prediksi” pertumbuhan ekonomi Indonesia seolah olah melesat antara 7-10% dan pertumbuhan kelistrikan harus di “setting” 100% dari pertumbuhan ekonomi ! Dan Pemerintah Indonesia ternyata mengikuti “jebakan” Perkins ini.
Selanjutnya Perkins cs berhasil mengelabuhi Pemerintah Indonesia/PLN saat itu dengan men “setting” apa yang dinamakan (saat ini) sebagai PSRP (“The Power Sector Restructuring Program”), yaitu agar Indonesia tidak terjadi KRISIS LISTRIK !
Leave a comment