Terkait Pasien Meninggal Saat Antre ICU di RSUD Soewandhie, Keluarga Jelaskan Alasan Tak Mau Dirujuk

Keluarga pasien memberi keterangan, Jumat (2/6/2023)

Surabaya (KM) – Keluarga pasien bernama Asiasi (52) yang meninggal karena antre di ruang ICU RSUD dr Soewandhie, mengungkapkan alasan menolak dirujuk ke rumah sakit lain, karena takut dengan resiko yang tak diinginkan.

Diketahui, pasien ibu Asiasi pada Sabtu (27/5) tiga hari menunggu di IGD. Kemudian, Senin (29/5) masuk ke kemar teratai dan Selasa (30/5) ke ruang ICU namun masih penuh. Lalu, besoknya, (31/5) masuk ke ruang ICU namun telah meninggal dunia.

Keluarga pasien, anaknya, Dea mengungkapkan saat ditawari pihak RSUD dr Soewandhie untuk merujuk ibunya ke rumah sakit lain, dirinya mendapatkan opsi dari petugas. Opsi tersebut adalah jika dirujuk ke lain pasien beresiko tinggi yang berujung pada kegawatan. Apalagi, ICU di rumah sakit lain kemungkinan juga penuh.

“Yang tanda tangan aku (menolak rujuk) karena ada petugas bilang takut kalau terjadi apa-apa di jalan, belum tentu di RSUD dr Soetomo dapat kamar.  ‘saya gak mendoakan kalau meninggal di jalan gimana’, kata gitu petugasnya,” kata Dea, menjelaskan yang disampaikan petugas, saat ditemui awak media di rumahnya, Jalan Tanah Merah Selatan, Kenjeran, Surabaya, Jumat (2/6/2023).

Karena pihak RSUD dr Soewandhie itu memberikan saran seperti itu, keluarga pasien pun tak ingin ibunya mendapatkan resiko itu hingga akhirnya menyetujui surat penolakan rujukan rumah sakit lain.

“Dikasih deskripsi kaya gitu, karena ada omongan seperti itu jadi keluarga meminilisir resiko. Waduh sayah gak mau ibu saya seperti itu, akhirnya saya tanda tangan,” ungkapnya.

Terlebih lagi, Dea mengaku jika nantinya ibunya dirujuk ke rumah sakit lain, BPJS untuk pasien akan dinonaktifkan selama dua minggu lamanya.

“Saya mau aja dirujuk apapun buat ibu saya. Andai dokter tak memaparkan risiko itu. Tapi kalau dikasih itu ya mundur (tolak) saya mending ibu saya tetap napas disini. Apalagi dibilang kalau keluar dari IGD, BPJS dinonaktifkan,” sambungnya.

Bahkan, Dea menerangkan saat masuk ke RSUD dr Soewandhie kondisi kamar sudah pada penuh. Sehingga, ibunya belum mendapatkan kamar, terlebih lagi tidak ditawari langsung ke rujuk rumah sakit lain.

“Saya waktu tahu kamar penuh sampai melas-melas (mohon-mohon),” ucapnya.

Sementara Wakil Ketua DPRD Surabaya sekaligus politisi PKS, Reni Astuti mengatakan bahwa hal ini menjadi perhatian, dari informasi keluarga pasien bahwa mereka menolak merujuk ke RS lain karena kalimat saran dari petugas perawat itu membuat mereka khawatir.

“Ternyata karena keluarga mendapat info kalimat yang membuat khawatir, misal dipindah nanti alat ambulance tidak memadai untuk keselamatan, sehingga kalau ada apa- tidak  turut bertanggung jawab dan membuat keluarga takut,” pungkasnya

[redh

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*