Tes Swab Nyatakan Beberapa Penumpang KRL di Stasiun Bogor Positif Corona, Wali Kota Pertimbangkan Stop Operasional KRL

BOGOR (KM) – Tes swab yang dilakukan di Stasiun Bogor pada pekan lalu menunjukan bahwa tiga orang dinyatakan positif covid-19 dari 325 penumpang yang diambil spesimennya secara acak.
“Ketiganya penumpang tersebut berjenis kelamin laki-laki, tidak ada yang warga Kota Bogor. Hasil telusur kami, dua orang tinggal di Jakarta, satu orang tinggal di Sukabumi,†ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Senin 4/5.
Retno menjelaskan, ketiga penumpang yang terkonfirmasi positif tersebut diketahui bekerja di Jakarta dan kini sudah mendapatkan penanganan oleh masing-masing Dinas Kesehatan domisili mereka [DKI Jakarta dan Sukabumi].
“Ya mereka setiap hari menggunakan KRL. Yang orang Sukabumi kerja di Jakarta, dua orang lagi juga sama kerja di Jakarta tapi sedang melakukan tugas ke Bogor. Kami meneruskan ke Dinas Kesehatan setempat dan kepada yang bersangkutan. Kami sudah memberikan saran untuk segera mendapatkan penanganan,†jelas Retno.
Retno menuturkan, untuk tracing pihaknya menyerahkan ke Dinkes domisili pasien, “tetapi kami Dinkes Kota Bogor juga melakukan tracing untuk menelusur riwayat kontaknya di sini. Ada tiga yang positif itu berarti ada potensi besar penularan covid di stasiun, berarti harus ditingkatkan kewaspadaan, ada sumber potensi penularan,” tambahnya.
Terpisah Wali Kota Bogor Bima Arya meninjau aktivitas di Stasiun Bogor. Dari pantauannya, terlihat masih terjadi kepadatan penumpang pada pagi hari.
“Memang sekarang sudah berkurang 60 persen, dari keadaan biasa, tapi 40 persen ini adalah orang-orang yang bekerja di sektor yang dikecualikan seperti perbankan, cleaning service, apotek, minimarket, logistik,†ungkap Bima.
Bima menyatakan, harus ada evaluasi kebijakan agar PSBB yang sedang berlangsung tidak menjadi hal yang sia-sia. “Jadi opsi pertama paling ideal adalah stop (operasional KRL) total. Kedua, memperketat di sini (stasiun). Ketiga mungkin dievaluasi layanan gerbong dan jadwalnya semaksimal mungkin,” terang Bima.
“Opsi lain yang bisa diambil mungkin memaksimalkan layanan antar jemput dari perusahaan yang dikecualikan boleh beroperasi selama PSBB, di seputar Jakarta. Jadi ada perusahan, pabrik atau unit ekonomi apapun silahkan menyediakan layanan bagi karyawannya. Jadi lebih terkontrol,†tambahnya.
Masih kata Bima, berdasarkan kajian epidemiologi, yang terpapar covid – 19 itu mayoritas dari kerumunan seperti stasiun dan pasar. “Kerja keras kita di PSBB ini adalah stasiun dan pasar. Terbaru, hasil tes swab 3 orang dinyatakan positif kemarin itu kan dari stasiun. Dan ini orang tanpa gejala (OTG), dia berkeliaran tapi bisa mematikan orang,†kata Bima.
Lebih lanjut Bima mengatakan, rekomendasi-rekomendasi tersebut akan disampaikan kepada pemerintah pusat untuk menjadi dasar perubahan kebijakan.
“Tidak bisa tidak, harus ada evaluasi kebijakan. Kemarin kita koordinasi di WhatsApp Group 5 kepala daerah. Kita akan bersurat lagi lebih detail memberikan opsi-opsi tadi untuk dibahas oleh kementerian,†pungkas Bima.
Reporter: ddy
Editor: HJA
Leave a comment