KUPAS ISLAM: Siapa Yang Mengenal Dirinya, Maka Ia Akan Mengenal Tuhannya

Gus Muhammad
Gus Muhammad

Oleh Gus Muh alias Gus Muhammad (GM) alias Drs. H. M. Basis, MBA, M.Ri

Judul di atas sesuai dengan ungkapan spiritual Man ‘arofa nafsahu faqod ‘arofa robbahu.

Aksioma spiritual di atas mengandung dua pengertian penting, yakni: Pertama, upaya mengenal “sang-diri-aku” sebagai saya. Kedua, upaya mengenal “Sang-Diri-Dia” sebagai Rabb ‘Azza Wajalla.

Sang-diri-aku adalah saya yang manusia (sebagai hamba) dan Sang-Diri-Dia yang Dia adalah Allah ‘Azza Wajalla (sebagai Pencipta Alam Semesta/Segalanya).

Ungkapan spiritual di atas juga berkait dengan aksioma man dzakaronii fii nafsihi dzakartuhu fii nafsii (Siapapun yang mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku).

Dengan demikian, antara “aku-yang-saya” akan selalu tidak terlepas dari “Dia-Yang-Dia”. Lain kata, aku-yang-‘abdullah akan se-lurus dan se-arah dengan Dia-Yang-Khalik!

“Abdullah dan Khalik” tersebut, akan selalu berada dalam “sirkulasi-supra-isoteris-spiritual” yang tidak akan terlepas!

Hal di atas, jika diderivasikan ke implementasi faktual di bumi, maka, sangatlah benar ungkapan Nabi : “Jika ada seorang manusia membunuh 1 manusia, maka, seperti ia membunuh seluruh manusia lain di bumi!”

Jika kita telah sampai ke tahapan tsb, maka, apapaun yang terjadi pada manusia, seperti ada manusia yang “tinggi derajatnya” (secara duniawi), seperti ia seorang raja, konglomerat atau orang-orang hebat atau berpangkat lain, ataupun ada manusia yang “rendah derajatnya” (secara duniawi), seperti pemulung sampah, petani miskin, gembel, dll, maka, SEMUA ADALAH SAMA (di mata-Nya).

JIka kita “mengikuti” keluhuran tsb (yang Allah SWT & Rasulullah ajarkan pada manusia), maka, kita-pun akan se-frekuensi dengan cara-pandang Allah SWT pada dua kelompok derajat manusia tsb.

Jika kita mendapati seorang
guru spiritual, di mana, sang guru spiritual tsb sangat hormati tamu, misalnya, tamu tsb bukan orang penting/hebat/terkenal, tapi ia misalnya hanya seorang petani yg sangat ndeso, maka kita jadi sangat heran dan kita pasti akan bertanya pada sang guru tsb : “Guru, dia adalah petani yang sangat biasa dan ndeso banget, mengapa guru demikian menghormatinya sama seperti menghormati pejabat-pejabat tinggi yang juga sering berkunjung ke guru ?”

Sang guru spiritual tsb, yang sudah “sampai ke tahap khusus”, pasti akan menjawab : “Sebenarnya penghormatan yang kau berikan kepada sesamamu menggambarkan kehormatanmu sendiri. Orang terhormat akan menghormati orang lain.”

Sang guru melanjutkan : “Sebaliknya, setinggi apapun jabatanmu jika kau selalu menghina sesamamu, maka hanya jabatanmu saja yang terhormat dan bukan dirimu.”

Lanjut sang guru : “Dan, menghargai sesama hanya mungkin jika kau menghormati Penciptanya. Bukankah menghina sebuah karya sama dengan menista penciptanya? Ketika kau memuji sebuah lukisan, pelukisnya yang merasa dihargai.”

Sang guru yang bijak-bestari tersebut mewejang lebih lanjut: “Jika kau sadar bahwa semua manusia diciptakan oleh Pencipta yang sama, tentu kau akan menghormati sesamamu. Maka hargailah dan hormatilah semua orang sebagaimana kau menghornati dan menghargai dirimu sendiri. Dan sesungguhnya itulah penghormatan kepada Allah Sang ‘Azza Wajalla, Penciptamu….!”

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*