Kolom: Menanti Putusan Allah atas Bangsa Indonesia

Peta Indonesia

Kolom oleh Hasanuddin- Pengamat Politik

Sebagai orang yang beriman, tentu percaya bahwa Allah adalah pemelihara seluruh ciptaan-Nya. Allah mengetahui setiap sesuatu yang bergerak maupun yang berdiam. Yang nyata maupun yang gaib. Tidak ada yang terlepas dari pantauan-Nya. Dan Dia memberi balasan atas setiap perbuatan walaupun itu hanya sebesar zarrah.

Bangsa Indonesia tentu saja juga senantiasa dalam pengawasan, pemeliharaan Allah swt. Baik dengan memberikan curah hujan yang diperlukan, cahaya matahari yang bermanfaat bagi kehidupan, membuat angin berhembus ke arah yang Dia kehendaki, sesuai volume dan kecepatan yang ia kehendaki pula. Menaikkan permukaan air laut, membuat gunung meletus, menumbuhkan tumbuhan, mematikan apa yang dia kehendaki kapan dan di manapun dan seterusnya.

Allah memberikan kekuasaan kepada siapa yang ia kehendaki, serta mengambil secara paksa (mencabut) kekuasaan dari siapa pun yang Dia kehendaki. Menghidupkan siapa yang Dia kehendaki dan mematikan siapa pun yang Dia kehendaki.

Singkat cerita tidak yang terlepas dari sentuhan “tangan” (kekuasaan) -Nya.

Proses pemilihan baik legislatif maupun eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) sedang dalam proses perhitungan suara untuk menentukan siapa yang akan menduduki kursi-kursi kekuasaan. Dilihat dari proses yang berlangsung sejak dari pra pencoblosan, pada hari pencoblosan dan pasca pencoblosan, di sana-sini terjadi pelanggaran aturan. Banyak hal yang nampak kepermukaan, banyak pula yang tidak nampak kepermukaan. Tapi semua itu dalam pengetahuan Allah swt.

Allah Maha Mengetahui bagaimana watak dsn prilaku setiap rakyat Indonesia. Tidak ada yang luput dari pengetahuan-Nya. Dia tahu prilaku setiap caleg, perilaku setiap penyelenggara pemilu baik KPU dan jajarannya, maupun Bawaslu dan jajarannya. Semua dalam pengetahuan-Nya. Demikian pula Allah mengetahui setiap prilaku para Pemilih. Yang menerima amplop, sembako, yang di intimidasi maupun yang tidak mengalaminya, semua di catat oleh para malaikat-Nya.

Sebagai orang yang beriman tentu percaya bahwa hasil dari segala sesuatunya Allah jua yang menentukan. Allah akan membetikan pemimpin sesuai watak dan prilaku yang memilih pemimpin.

Jika yang memilih pemimpin watak dan prilakunya lebih banyak yang buruk, maka tentu akan terpilih pemimpin dengan watak dan prilaku yang buruk. Dan jika pemimpin seperti itu telah menduduki kursi-kursi kekuasaannya, maka mereka akan membawa malapetaka bukan hanya bagi yang telah memilihnya, namun juga yang tidak memilihnya. Inilah yang dipesankan Allah dalam firman-Nya: “Takutlah kalian kepada azab Allah yang jika ditimpakan tidak hanya akan menimpa orang yang berdosa diantara kalian, namun juga bisa menimpa siapa saja”. Namun Allah akan memberikan balasan yang baik kepada mereka yang tidak berdosa kelak di kemudian hari. Mereka tidak perlu merasa khawatir. (Qs. Al-Anfaal: 25).

Sebaliknya jika pemimpin yang terpilih adalah yang dipilih oleh mayoritas pemilih dengan watak dan prilaku yang baik, maka pemimpin seperti itu akan menjadi wasilah bagi turunnya keberkahan dari langit maupun bumi.

Allah swt berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

wa lau anna ahlal-qurā āmanū wattaqau lafataḥnā ‘alaihim barakātim minas-samā’i wal arḍi wa lākin każżabū fa akhażnāhum bimā kānū yaksibūn

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

Q.S Al-A’raf [7] : 96

Memperhatikan firman Allah swt ini, lalu kita merenungkan keadaan mayoritas penduduk negeri, nampaknya memang keberkahan itu masih jauh dari harapan.

Kita misalnya di kenal sebagai negeri agraris, tapi yang terjadi seolah seperti kata pepatah; ayam mati di lumbung padi. Harga beras melambung, bukan karena tidak tersedia lahan untuk ditanami padi atau aneka jenis pangan. Tapi pemerintah lebih suka dengan impor. Karena setiap mereka mengimpor 500 ton beras, akan ada keuntungan 1,7 trilliun rupiah bagi penguasaha impor. Pemerintah kembali akan mengimpor 3 juta ton, yang artinya ada keuntungan 5, 1 trilliun bagi karter impor yang mereka bisa rauf dalam waktu singkat.

Keadaan negeri ini tidak akan kunjung membaik, tanpa adanya perubahan prilaku masyarakatnya. Dalam keadaan demikian, patut di syukuri bahwa masih ada sedikit orang yang masih mau bertahan di jalan Allah. Berkat sedikit orang yang bertahan di jalan Allah itulah, Allah masih menunda azab-Nya.

Akhirnya mari kita menunggu apa keputusan Allah atas Bangsa Indonesia pasca Pemilu/Pilpres.

Jika Bangsa Indonesia masih diberi pemimpin yang buruk, artinya keadaan belum akan membaik, dan kita yang beriman harus lebih banyak beristigfhar. Karena istigfhar itu hanya akan di lakukan orang yang beriman saja.

Kita perbanyak istigfhar dan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, berupa masih adanya nikmat islam, nikmat iman, nikmat sehat dan nikmat umur yang Allah berikan.

Semoga Allah swt tidak mencabut nikmat iman yang telah Dia berikan kepada orang yang beriman. Sehingga tetap bisa istiqamah dalam menjalankan syariat-Nya.

Kesyukuran dari orang-orang yang beriman itulah yang mencegah Allah menurunkan azab-Nya bagi kita semua. Sekalipun jumlahnya orang yang beriman itu hanya sedikit.

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*