HIPERTENSI BUKAN SEBAB DOYAN MARAH ATAU KEBANYAKAN MAKAN DAGING
JAKARTA (KM)- Tidak semua orang hipertensi. Tidak juga sebab sering marah-marah, orang jadi hipertensi. Marah-marah bukan penyebab hipertensi. Tapi pada saat marah-marah, maka tensi naik. Bukan juga sebab kebanyakan makan daging.
Garam dapur.
Tensi darah dipengaruhi oleh seberapa banyak garam yang kita konsumsi, terutama pada orang yang sensitif, mereka yang salt sensitive person. Tubuh cuma butuh 4 gram garam dapur, tapi orang Indonesia mengonsumsi lebih 17 gram garam seharinya menurut Rakesda Departemen Kesehatan RI.
Orang eskimo, dayak, indian, dan mereka yang tinggal di pedalaman, kecil saja konsumsi garam dapurnya, kecil pula angka kejadian hipertensinya.
Maka bukan daging yang bikin orang hipertensi, melainkan asupan garam dapurnya, unsur natrium atau sodiumnya, termasuk sodium dalam penyedap, makanan kalengan, dan ikan asin.
Jadi kalau mau dipantang bukan daging, melainkan asupan garam dapurnya sepertiga porsi biasa. Toh tanpa garam pun tubuh cukup memperoleh sodium dari sayur-mayur dan bebuahan. Garam bukan kebutuhan, melainkan kultur makan, bikin rasa makanan jadi lebih nyata.
Hipertensi bukan cuma satu jenis
Betul, hipertensi bisa sebab sudah dari sononya, atau essential hypertension, sudah bawaanya, selain ada golongan hipertensi sekunder apabila penyebabnya ada organ tubuh yang terganggu.
Bila kelenjar gondok thyroid bermasalah, bikin orang jadi hipertensi, walau tidak ada turunan hipertensi. Begitu juga bila ada gangguan ginjal, gangguan anak ginjal suprarenalis atau pheochromocytoma, atau bisa juga bila sedang hamil gestational hypertension.
Selebihnya, tensi darah bisa juga meninggi seiring bertambahnya usia, akibat kondisi dinding pembuluh darah tubuh yang semakin mengeras atau disebut arteriosclerosis. Ibarat pipa karet leding, makin lama makin mengeras, demikian pula pembuluh darah tubuh makin mengeras dan kaku. Maka tensi darah untuk umur lansia masih ditoleransi normotensi walau tidak pada nilai 120/80. Ada kasus systolic hyertension, yakni yang meninggi hanya tekanan atasnya saja sistoliknya saja, tekanan bawah diastoliknya normal. Ini gambaran ekstrem pembuluh darah tubuh yang sudah sangat mengeras dan kaku.
Pembuluh darah tubuh kita normalnya lentur seperti karet, yang tujuannya untuk membantu mengalirkan darah oleh mekanisme elastis yang diatur oleh sistem saraf dinding pembuluh darah. Itu maka penting memelihara kondisi pembuluh darah supaya tetap lentur sepanjang hayat. Ada ungkapan, umur kita ditentukan oleh pembuluh darah.
Menu harian yang lengkap, orang yang pemakan segala, kecukupan semua nutrisi dalam menu harian, tersedia untuk memelihara pembuluh darah, sehingga kendati umur bertambah, kondisi pembuluh darah tetap bugar dan lentur. Nutrient niacin, contohnya, berperan menyehatkan pembuluh darah.
Selain hipertensi bawaan esensial, ada hipertensi didapat. Walau obat hipertensi sama-sama untuk menurunkan tensi darah, tapi berbeda bila penyebabnya hipertensi yang didapat yang baru didapat kemudian, bukan sejak muda, atau jenis hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder terjadi bila ada masalah di kelenjar gondok, ginjal atau anak ginjal. Bila masalahnya di kelenjar gondok, kelenjar gondoknya diobati, hipertensinya dengan sendirinya sembuh tanpa perlu obat. Demikian pula bila masalahnya di ginjal, atau anak ginjal. Semua gangguan pada ginjal, apakah ada batu ginjal, ada polip ginjaada bisa hipertensi juga. Tak cukup diberi obat hipertensi, terlebih penting meniadakan akar penyebabnya.
Untuk mendiganosis hipertensi, caranya hanya dengan alat tensimeter atau sphygmomanometer. Namun untuk mendiagnosis hipertensi tak cukup hanya sekali ukur, diagnosis ditegakkan. Protokolnya perlu pengukuran sekurangnya tiga kali, selang satu dua hari, dan baru apabila hasilnya sama, itulah diagnosisnya. Mengapa perlu begitu?
Oleh karena pengukuran tensi darah banyak variabel yang berpengaruh. Alatnya apakah sudah betul ditera? Cara menggunakan alatnya sudahkan tepat, posisi pasien yang diukur apa sudah benar dan tenang.
Protokolnya, yang diperiksa duduk dalam kondisi tenang, tidak masih lelah atau baru bergiat fisik, lengan atas terbebas dari kain baju, pemasangan kuf pembebatnya 5 cm di atas lipatan siku, dengan alat konvensional batas air raksa di angka nol. Cara pompa tidak boleh cepat, dan bila perlu diulang, air raksa harus mulai dari angka nol lagi. Bila menyimpang dari protokol, hasilnya bukan tensi darah sejatinya.
Ada kondisi pasien dengan kelainan atau gangguan pembuluh darah, atau jantung, yang memerlukan cara pemeriksaan tertentu berbeda dengan biasanya. Misal, perlu memeriksa adakah perbedaan tensi darah pada kedua sisi lengan, ada yang perlu posisi berbaring. Ini sekaligus untuk dugaan adakah masalah jantung dan pembuluh darah.
Satu hal penting, mengukur tensi idealnya pagi hari sebelum melakukan aktivitas fisik apa-apa. Itu nilai tensi sejati. Maka sekarang protokol pilihan mengukur tensi sendiri di rumah (home blood pressure montoring, HBPM) dianggap paling ideal. Itu alasan semua pasien hipertensi wajib memiliki dan mampu mengukur tensi darah sendiri di rumah. Megapa?
Tensi darah paling banyak berfluktuasi naik turun, mungkin dari jam ke jam, dari hari ke hari, bahkan bila ada gangguan jantung tertentu. Manfaat mengukur tensi setiap pagi bisa menghindari dari kejadian stroke hypotension, akibat bila obat hipertensi diminum rutin setiap hari sebagaimana lazim dilakukan, tak peduli tensi darah saat minum obat apakah tinggi atau sedang normal adanya.
Kejadian stroke umumnya apabila tensi darah mendadak melonjak tinggi bahkan sampai 180-200 tekanan atas sistoliknya. Tapi bukan tak mungkin stroke juga bisa terjadi kalau tensi darah mendadak anjlok, yang disebut kejadian serangan stroke hypotension. Daya pompa jantung mengirimkan darah ke otak mendadak melemah, sehingga otak kekurangan asupan darah, lalu itu yang membuat stroke terjadi.
Kasus pasien yang rajin rutin minum obat hipertensi, hidupnya tertib, pantang garam dapur, tapi kok terserang stroke juga? Hampir pasti oleh karena ketika pada hari obat darah tinggi rutin diminum, tensi darahnya tidak sedang tinggi. Begitu tensi darah tidak tinggi obat masih tetap diminum, tensi mendadak anjlok. Itu pencetus serangan stroke akibat hipotensi.
Obat hipertensi bukan satu jenis. Tergantung kondisi pasien dan apa jenis hipertensinya. Hipertensi esensial, yang bawaan, berbeda obatnya dengan hipertensi dengan lemah jantung. Berbeda pula dengan hipertensi sebab ginjal, atau hipertensi kehamilan. Dokter yang memeriksa yang menentukan pilihan jenis obat hipertensinya.
Protokol pemberian obat hipertensi, dimulai dengan obat paling ringan. Ada empat golongan obat hipertensi. Biasa dimulai dengan memberikan obat paling enteng jenis obat peluruh kencing diuretik HCT (hydrochlorothiazide). Bila setelah semingguan obat diminum tensi darah tidak turun, baru ditambah obat hipertensi yang umum dipilih, yakni golongan ACE inhibitor captopril yang efektif menurunkan tensi darah tanpa memengaruhi kerja jantung. Dan pada kasus tekanan bawah diastolik yang tinggi, dipilih golongan channel blockers amlodipine, yang bekerja melebarkan pembuluh darah.
Apabila obat dua kombinasi tersebut belum membuahkan hasil tensi menjadi normal, dicari golongan obat lain yang lebih cocok dengan kondisi dan jenis hipertensi pasien. Sekali sudah cocok dengan satu golongan obat hipertensi, tak perlu diganti-ganti lagi, tinggal menakar dosisnya saja. Prinsip dosis, dengan dosis serendah mungkin yang memberikan hasil semaksimal mungkin.
Pemilihan obat hipertensi, dan keampuhannnya, ketokcerannya, bukan karena mahalnya, atau generasi terbarunya, melainkan karena kecocokannya dengan kondisi dan jenis hipertensi pasien.
Pertanyaan umum, apakah obat hipertensi harus diminum seumur hidup? Tidak selalu harus seumur hidup. Bila penyebabnya hipertensi sekunder yang didapat, yaitu bila ada masalah di kelenjar gondok, ginjal, dan anak ginjal, atau kehamilan, begitu masalahnya teratasi, dengan sendirinya tensi darah akan normal sendirinya. Mungkin obat hipertensi tidak diperlukan.
Demikian pula hipertensi jenis lain, misal kebanyakan hipertensi lantaran sebab keliru memilih gaya hidup. Kegemukan, kebanyakan makan asin, kurang melatih jantung (cardio-friendly), bisa saja hipertensinya pulih normal setelah mengubah gaya hidupnya, dan mungkin tanpa memerlukan obat.
Mulai dengan mengubah gaya hidup
Sebagaimana saya ungkapkan dalam setiap seminar Sehat Itu Murah, untuk penyakit apapun, saya selalu menganjurkan dimulai tanpa obat dulu. Dalam kasus tertentu, dengan asumsi hipertensi atau diabetes atau penyakit metabolik lainnya, lazimnya terjadi sebab keliru memilih gaya hidup. Maka mengatasinya lebih tepat dengan cara mengubah gaya hidupnya dulu.
Dalam hal hipertensi, gaya hidup yang diubah, menu harian tidak asin, rutin jalan kaki tergopoh-gopoh (brisk walking) 50 menit seharinya, seminggu 6 kali, berat badan dibuat ideal: berat dalam Kg dibagi tinggi pangkat dua dalam meter, indesknya (body mass index BMI) kurang dari 25,0.
Kalau dalam sebulan sudah menempuh kegiatan mengubah gaya hidup, tensi sudah bisa normal, obat hipertensi tidak diperlukan. Kalau masih diperlukan obat, misal tensi hanya masih sedikit di atas 140/90 (yang sekarang dianggap normotensi), pilih obat yang ringan saja dulu, yaitu HCT.
Jangan cepat-cepat minum obat hipertensi
Sudah diungkap kalau tensi darah berfluktuasi dari waktu ke waktu. Termasuk selagi emosional, selagi banyak masalah, jiwa sedang galau, tentu tensi darah akan meninggi. Bukan saatnya langsung dilawan dengan minum obat, karena satu dua hari tensi naik, dan naiknya bukan lonjakan sampai 200 mmHg, bukanlah masalah.
Organ jantung paling dekat dengan jiwa. Bila jiwa galau, jantung ikut galau, dan kerjanya lebih galau, lalu tensi darah meninggi. Obatnya dengan menenangkan jiwa. Mungkin perlu obat penenang. Begitu jiwa tidak galau lagi, tidak emosional lagi, tensi darah normal kembali. Oleh karena bila pada keadaan demikian langsung minum obat, apalgi obatnya keras dan dosisnya berlebih, yang terjadi tensi darah berisiko menjadi anjlok. Tensi anjlok lebih membahaykan ketimbang sedikit tinggi saja.
Orang Indonesia belum semua sadar sehat. Belum tentu pernah berobat ke dokter. Belum tentu juga tahu berapa tensi darahnya. Saya menemukan dalam praktik, pasien yang sudah berumur bahkan, masih tidak tahu berapa tensi darahnya. Kondisi begini yang menambah kasus penyakit kritis, akibat komplikasi hipertensi yang tersembunyi, kasus mengidap hipertensi puluhan tahun tanpa menyadarinya. Komplikasi hipertensi akibat dibiarkan tanpa obat bisa ke jantung, otak, ginjal, dan mata. Selain kasus komplikasi hipertensi lebih sulit diatasi, ongkos berobatnya lebih tinggi.
Kita diingatkan, apakah kita sudah hidup berdampingan secara damai dengan tensi darah kita sendiri.
Salam Hipertensi,
SUMBER : FB Dr HANDRAWAN NADESUL
Leave a comment