Kurs Rupiah Anjlok Sebabkan APBN Tertekan

JAKARTA (KM) – Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthoni Budiawan mengatakan kurs rupiah masih terus menghadapi tekanan berat. BI harus kerja keras menahan kurs rupiah agar tidak tergelincir tembus Rp16.000 per dolar AS.
“Intervensi BI sejauh ini tidak efektif membuat kurs rupiah menguat secara signifikan, karena cadangan devisa milik pemerintah sangat terbatas. Pemerintah dalam dilema, naikkan harga atau subsidi,” ujarnya Jumat (27/10). https://x.com/anthonybudiawan/status/1717748945122918909?s=46
Ia mengatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani di persimpangan jalan, antara membiarkan harga BBM dan Pangan naik, yang akan memicu inflasi dan daya beli masyarakat anjlok, atau menaikkan subsidi yang akan membuat belanja negara non-subsidi tertekan dan memicu kontraksi.
https://x.com/anthonybudiawan/status/1717751493158412312?s=46
Artinya, fiskal dan moneter dalam tekanan serius. Defisit transaksi berjalan meningkat, investor asing menarik diri, capital outflow membuat cadangan devisa turun, kurs rupiah anjlok, suku bunga naik, ekonomi tertekan, harga pangan naik, daya beli masyarakat turun, subsidi meningkat, APBN tertekan, belanja pemerintah kontraksi, dan seterusnya.
Indonesia masuk vicious circle penurunan ekonomi: penurunan satu faktor ekonomi disusul dengan penurunan faktor-faktor ekonomi lainnya.
“Nampaknya, vicious circle masih berputar, bertambah keras. Sulit terhindarkan, beberapa pihak akan terjungkal,” pungkasnya.
Leave a comment