Sering Gagal Panen, Kelompok Tani Sangkuriang Desak Pemerintah Segera Normalisasi Sungai Cidurian

BOGOR (KM) – Banjir bandang yang pernah terjadi di aliran sungai Cidurian pada awal tahun 2020 lalu nyatanya masih menyimpan kesedihan yang mendalam.

Kesedihan kali ini datang dari Kelompok Tani Sangkuriang yang sering mengalami gagal panen akibat kekurangan pasokan air dari sungai Cidurian. Hal tersebut dikarenakan saluran air yang mengalir ke Bendungan Sendung tertutup bebatuan dan pasir.

Seperti yang dikatakan ketua Kelompok Tani Sangkuriang, Yudi Murnawan, pihaknya sudah sering bergotong-royong membuka sodetan agar air bisa mengalir ke Bendungan Sendung.

“Kita sih sudah sering sebenarnya, mungkin sudah 2 tahun, selama ini kita hanya perawatan saja, sempat ada bantuan dari UPT Jasinga dan Yayasan Asefurohim menurunkan
alat berat berupa beko kecil, tetapi belum maksimal,” kata Yudi kepada wartawan di lokasi, Sabtu 30/7.

Selain itu, kegiatan gotong-royong ini dilakukan seminggu sekali secara swadaya dan dibantu oleh Desa dan Yayasan.

“Seminggu sekali, swadaya dari kelompok, kemudian kita dibantu dari Desa Setu sama Yayasan Asefurohim,” ujar Yudi menambahkan.

Yudi juga mengatakan, dirinya meminta agar Bendungan Sendung dapat segera dinormalisasi.

“Betul, Bendungan Sendung ini harus segera dinormalisasi karena bendungan irigasi ini mencakup 5 desa dan 2 kecamatan,” jelasnya.

Yudi melanjutkan, Desa Argapura masuk di Kecamatan Cigudeg, sedangkan Desa Setu, Sipak, Jasinga dan Kalongsawah masuk di Kecamatan Jasinga.

Yudi menerangkan, berdasarkan catatan yang ditulis oleh Belanda, bendungan Sendung ini mengaliri lahan seluas 610 hektare.

“Belanda menulisnya 610 hektare yang teraliri dari Sendung ini, cuman baru lihat sekarang tuh ada sekitar 500 hektar lebih ya. Menurutnya, dari segi petani, jelas kita membutuhkan (air), kita sangat terganggu kalau tidak ada airnya,” ungkapnya.

“Kemudian dari mitigasi bencana pun kalau ini dibiarkan terus akan terjadi banjir bandang lagi, seperti tahun-tahun sebelumnya itu,” sambungnya.

Terakhir, Yudi menyampaikan kerugian yang sering dialami dirinya bersama dengan kelompok tani nya.

“Sering pak, sering, kalau kerugian nominal saya kurang begitu paham juga karena agak luas. Secara materi petani dirugikan,” kata Yudi mengakhiri.

Reporter: Red

Advertisement
Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*


%d bloggers like this: