KUPAS KOLOM: Rakyat Butuh Subsidi Minyak Goreng, Pemerintah Malah Minta Sumbangan Buat IKN

Koordinator investigasi CBA, Jajang Nurjaman (dok. KM)
Koordinator investigasi CBA, Jajang Nurjaman (dok. KM)

Oleh Jajang Nurjaman, Koordinator Center for Budget Analysis (CBA)

Baik pemerintah dan masyarakat sedang mengalami kesulitan. Rakyat begitu sengsara karena harga minyak goreng (migor) meroket, sedangkan pemerintah teriak-teriak kekurangan dana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN).

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, rata-rata harga migor curah hari ini Rp18.100 dan premium Rp25.400 per liter. Beda jauh dengan harga migor di Malaysia yang stabil di kisaran Rp8.500 per liter.

Anehnya, bukannya fokus menangani harga migor yang selangit, pemerintah malah ikut merengek soal dana pemindahan Ibu Kota Negara. Seperti tidak punya rasa empati atas kesulitan ibu-ibu, pemerintah malah minta masyarakat buat patungan dana IKN.

Pemerintah seperti tidak ada puasnya membuat masyarakat jadi lebih miskin. Sebelumnya, Presiden berjanji dana IKN tidak akan membebani APBN apalagi menyusahkan rakyat, hanya dibutuhkan sekitar Rp93 triliun atau setara 20 persen dari total rencana dana awal Rp466,9 triliun.

Janji itu kemudian berubah, penggunaan dana APBN jadi 53,5 persen dan anggaran IKN juga belum pasti, perkiraan akan meroket sampai Rp700 triliun.

Jika pemerintah masih tetap ngotot untuk menggalang dana IKN dari masyarakat, sebaiknya jangan menggunakan kata Nusantara karena bisa merusak citra agung nama Nusantara yang dihormati.

Pakai saja nama koin untuk Jokowi sebagai pemimpin negara atau koin untuk Luhut sebagai penanggung jawab investor, yang gagal menarik investor untuk IKN.

Jokowi juga jangan cuma meminta sumbangan dari rakyat yang sedang mengalami kesulitan karena pandemi dan harga migor yang meroket. Lebih baik Jokowi meminta sumbangan dari pejabat yang harta kekayaannya terus meroket di tengah pandemi, atau para pengusaha kelapa sawit yang semakin tajir di bulan-bulan ini.

Contohnya pejabat yang harta kekayaannya terus naik di tengah pandemi, seperti Luhut Binsar Pandjaitan yang katanya sangat dermawan sampai-sampai banyak menyumbang alat PCR.

Atau 500 pengusaha kelapa sawit yang menguasai 8,5 juta hektar lahan perkebunan kelapa sawit. Para pengusaha ini layak dimintai sumbangan karena semakin tajir melintir berkat lahan yang sebenarnya milik negara.

Jika tidak cukup juga patungan koin dari masyarakat dan pejabat serta pengusaha tajir melintir, Pemerintah bisa kerja sama dengan KPK dan aparat penegak hukum untuk kembali membuka kasus-kasus besar, banyak kotak pandora kasus korupsi yang bisa bermanfaat bagi APBN, seperti kasus kardus durian dan sebagainya.

25 Maret 2022

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*