Kisah Sukses Supir Taksi di Kota Mulia Puncak Jaya, Berawal Tanpa Modal
PAPUA (KM) – Pegunungan tengah di Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua memiliki beragam panganan yang berasal dari berbagai daerah. Hal itu di mungkinkan itu karena banyaknya penduduk yang datang dari berbagai macam daerah dan suku.
Banyaknya suku pendatang yang merantau ke Kabupaten Puncak Jaya tersebut, membuat mereka berkreasi dan berniaga dengan berbagai potensi kemampuan yang mereka miliki agar terus bertahan hidup dengan harapan bisa sukses di tanah Papua.
Tidak sedikit kisah para perantau yang sudah meraih kesuksesan. Sebagai contoh, usaha warung makan Padang milik pasutri asal Sumatra Barat, yakni Dicky Sikumbang dan istrinya Indah Sari.
Menurut pengakuannya, pengusaha warung makan padang ini selama merantau di Papua sudah mengalami jatuh bangun untuk bertahan hidup.
Kepada Kupasmerdeka.com, Pria yang akrab di sapa Uda ini mengisahkan awal dirinya merantau ke tanah Papua pada tahun 2005 lalu.
“Saya dulu itu supir taksi di Jayapura, mobil taksi ini maksudnya mobil angkot kalau di Jakarta, selama 1 tahun saya geluti profesi tersebut untuk bertahan hidup di negeri orang,” cerita Uda mengawali perbincangan (22/3).
“Berbagai macam profesi saya jalani, setelah jadi supir taksi, saya pernah jadi penjaga warung makan, penjaga konter Hp, sampai pada akhirnya pada tahun 2016 saya pindah domisili ke Kabupaten Puncak Jaya bersama istri untuk memulai usaha warung makan ini,” ujarnya.
Dengan modal percaya diri dan amanah dalam memberikan kepercayaan terhadap warga lokal, Uda mengaku memulai usaha warung makan Padangnya itu di kota Mulia tanpa modal sedikitpun.
“Saya buka usaha di sini gak pakai modal sama sekali. Saya percaya Tuhan pasti memberikan jalan dan dengan akal saya untuk bertahan hidup, saya kenal dengan orang, orang itu percaya dengan saya, ya saya beranikan untuk berhutang dan Alhamdulillah saya bayar dengan cara dicicil selama 6 bulan sudah lunas,” lanjut Uda.
“Dari awal merantau kesini tuh sangat menderita, namanya orang merintis menderita itu pasti ya, awalnya itu saya dulu kan kerja dengan kakak ipar selama 6 bulan, kemudian saya coba untuk mandiri dan dapat tanah di sini untuk disewa walau hutang,” ungkap pria yang sudah memiliki dua anak ini.
Uda bercerita, dirinya bisa membangun rumah makan di atas tanah warga hanya dengan modal kepercayaan dari warga lokal termasuk tukang, itupun masih hutang.
Mulai dari kayu, papan triplek, seng, meja, kursi, piring, ongkos jasa tukang dan bahan pokok makanan untuk jualan semuanya bersumber dari hasil hutangan.
“Karena saya benar-benar tidak pegang uang sedikitpun, bila dijumlahkan itu sekitar dua ratus juta lebih,” ungkap Uda yang juga seorang Youtuber dan mempunyai 20K subscriber dengan nama UDA MJM.
“Namanya kita pendatang, saya pribadi harus amanah dengan janji yang sudah disepakati dari awal. Walau itu hanya keluar dari mulut saja tanpa ada hitam diatas putih, suatu kewajiban bagi saya untuk membayar semua itu dengan cara dicicil tiap bulan,” jelasnya.
Hidup di perantauan dengan pengetahuan dan pendidikan yang minim, membuat Dicky layak dijadikan inspirasi bagi pendatang lainnya.
Kini ia sudah mampu mempekerjakan empat orang pegawai di rumah makan padangnya. Tidak berhenti disitu, Dicky juga mencoba peruntungan lain di dunia kreatif dengan membuka studio foto dan foto copy dibantu dua orang pegawai yang mengoperasikannya, serta satu toko yang berjualan bahan kebutuhan pokok dan dijaga oleh satu orang pegawai.
Resep masakan padang hasil Dicky Sikumbang dan istri yang sudah disesuaikan dengan lidah masyarakat setempat sehingga menjadi idola bagi masyarakat pendatang maupun lokal di kota Mulia.
Omset pendapatan per hari nya mampu mencapai maksimal sebelas juta rupiah. Dengan angka tersebut, pria ini mampu membiayai keluarganya dan mengasuh seorang anak angkat yang saat ini sudah menempuh pendidikan di sebuah institusi TNI di Bandung.
Reporter : HSMY
Editor : Sudrajat
Leave a comment