Kisah Adit, Yatim Piatu Yang Hampir Kehabisan Darah Dibacok Pelajar Tawuran dan Ditolak Dilayani Puskesmas

Genta Alfiza Putra Aditya Nur atau Adit (15), yang terkena bacokan clurit di pinggang bagian atas usai pulang sekolah di Serang, 16/10/2018
Genta Alfiza Putra Aditya Nur atau Adit (15), yang terkena bacokan clurit di pinggang bagian atas usai pulang sekolah di Serang, 16/10/2018

SERANG (KM) – Genta Alfiza Putra Aditya Nur atau nama panggilan Adit (15), anak yatim-piatu yang tinggal bersama neneknya di Desa Junti, Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang, Banten harus menjalani operasi bedah dan rawat inap di Rumah Sakit Rangkas akibat terkena bacokan clurit di pinggang bagian atas, 16 Oktober 2018 lalu. Kejadian naas pembacokan terhadap siswa kelas IX di SMPN 2 Jawilan itu terjadi pada hari Selasa, 16 Oktober 2018, sekira pukul 13.00 WIB, di Jl. Gabus Pamarayan Km 1, Kampung Padasuka, Desa Junti, Kecamatan Jawilan, sekitar 1 kilometer dari sekolahnya.

Menurut rilis yang diterima kupasmerdeka.com, oknum pelaku pembacokan diduga bernama Frangky alias Aceng (17), siswa kelas 1 di SMK Swasta Prestasi Berteknologi (Prestek), yang beralamat di Cikande Permai, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang. Sang jagal ini tinggal bersama orang-tuanya, Toni (51) di Kampung Tanjakan, RT 01 RW 01, Desa Leuwilimus, Kecamatan Cikande.

Menurut keterangan paman Adit, Nursopyan, pelaku dan korban tidak saling kenal. “Mereka baru bertemu saat kejadian,” kata Nursopyan yang akrab dipanggil Obot itu.

Sebenarnya dalam peristiwa ini, lanjut Obot, keponakannya yang diasuh dan diangkat sebagai anaknya sejak kecil tersebut merupakan target salah sasaran dari si pelaku dan gerombolannya yang pada waktu itu sedang merencakan tawuran dengan anak-anak siswa dari SMK lainnya di sekitar tempat kejadian perkara. “Anak saya itu korban salah sasaran dari anak-anak yang sedang mencari lawan mereka dari sekolah lain, yang sebelumnya tawuran,” imbuh Obot, yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPD PPWI Banten.

Kejadian pembacokan terjadi pada saat Adit pulang sekolah. Ia bersama dua rekannya bermaksud ke kampung Cigoong, untuk bermain ke rumah teman mereka, yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari sekolahnya, SMPN 2 Jawilan.

Menjelang tiba di rumah kawannya itu, mereka melihat serombongan anak-anak yang sedang bawa senjata tajam, bersepeda motor, sekitar 100 orang. Melihat gerombolan itu, Adit dan kawan-kawan langsung balik kanan kembali ke arah sekolahnya. Naas, sekitar 10 orang dari rombongan itu mengejar mereka. Ketika gerombolan itu mendekat, langsung menuju ke Adit. Salah seorang di antara mereka, yakni Aceng, membentaknya bertanya, “Anak mana luh?” sambil mengayunkan clurit ke pinggang Adit.

Ujung clurit tepat menancap di bagian pinggang Adit, agak ke atas ke arah punggung. Darah langsung mengucur deras dari luka dalam hampir 10 centimeter. Sambil menahan sakit yang luar biasa, Adit berlari sekencang-kencangnya ke arah sekolahnya. Untungnya, seorang rekan Adit sedang lewat, dan menolongnya membonceng sepeda motor, menuju ke sekolah untuk bersembunyi.

Setelah keadaan aman, kawan-kawannya berinisiatif membawa Adit dengan membonceng sepeda motor ke Puskesmas Pamarayan, Serang. Tapi, nasib apes lagi menimpa Adit, ia harus menunggu selama lebih dari 1 jam karena tidak ada satupun petugas puskesmas yang menolongnya.

Akhirnya, kawan-kawan Adit memutuskan untuk membawa Adit yang sudah pucat-pasi hampir kehabisan darah, ke Rumah Sakit Kartini yang jaraknya sekitar 2 jam perjalanan bermotor dari Pamarayan. Adit dibonceng motor lagi oleh kawan-kawannya, karena puskesmas menolak memberikan bantuan peminjaman ambulan yang saat itu sedang parkir di halaman puskesmas.

Perjuangan hidup Adit cukup menegangkan, di perjalanan, kendaraan motor yang ditumpanginya kehabisan bensin. Akhirnya harus iuran dana di antara kawan-kawannya untuk membeli bensin. Setelah berjalan beberapa saat, kembali musibah datang, ban belakang sepeda motor mereka bocor. Apes!

Namun, akhirnya pertolongan datang. Seorang pria lewat dan menawarkan bantuan membawa Adit ke Rumah Sakit Kartini. Setiba di sana, dokter jaga langsung melakukan pemeriksaan terhadap luka bacok di pinggang Adit. Dari pemeriksaan singkat itu, petugas menyampaikan bahwa Adit harus dirujuk ke RSUD Rangkas dengan alasan proses penanganan Adit harus dilakukan dokter bedah, yang saat itu belum tersedia di Rumah Sakit Kartini.

Dengan menempuh perjalanan sekitar 30 menit, Adit dibawa oleh pamannya, Nursopyan, ke RSUD Rangkas. Nursopyan datang ke Rumah Sakit Kartini seketika menerima kabar ponakannya itu dibacok orang dan dibawa kawan-kawan sekolahnya ke rumah sakit itu.

Setelah melalui serangkaian operasi oleh dokter ahli bedah dan dirawat selama 5 hari, Adit akhirnya dibawa pulang oleh orang tuanya untuk rawat jalan.

Saat ini, kondisi Adit masih sangat lemah. Dia kesulitan menarik nafas agak dalam karena terasa sakit di bagian dada kanan, yang terkena bacokan. Informasi dari dokter yang menangani, serangan bacokan itu hampir saja melukai paru-paru kanan Adit. “Kata dokter yang melakukan operasinya, sedikit lagi, tidak sampai satu senti lagi, ujung clurit mengenai paru-parunya Adit,” tutur Nursopyan dengan nada sedih mengakhiri penjelasannya, Senin, 22/10.

Reportet: Marsono Rh
Editor: HJA

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*