Ribuan Tentara, Hakim dan Jaksa Ditahan Menyusul Kudeta Gagal Turki

Seorang warga sipil memukuli tentara yang terlibat dalam upaya kudeta yang gagal di Turki pada Sabtu (16/7) (dok. Reuters)
Seorang warga sipil memukuli tentara yang terlibat dalam upaya kudeta yang gagal di Turki pada Sabtu (16/7) (dok. Reuters)

(KM) – Surat kabar Turki, Hurriyet, melaporkan bahwa beberapa prajurit yang terlibat dalam upaya kudeta gagal di Turki pada Jumat malam 15/7 lalu tidak mengetahui bahwa mereka bagian dari upaya kudeta. Mereka mengaku mengira bahwa mereka tengah melakukan sebuah simulasi militer.

Beberapa tentara yang ditangkap mengatakan bahwa mereka baru menyadari bahwa mereka bagian dari sebuah upaya kudeta setelah melihat masyarakat sipil memanjati kendaraan-kendaraan tank baja.

Media Turki menampilkan sejumlah tentara pengkudeta menyerahkan diri kepada kelompok masyarakat dan polisi tanpa perlawanan dengan tangan di atas kepala. Menurut kantor berita milik pemerintah Turki, Anadolu, semua tentara yang terlibat dalam kudeta gagal tersebut telah ditangkap, diantaranya 5 petinggi militer, termasuk Jenderal Akin Öztürk, mantan atase militer Turki ke Israel pada tahun 1998-2000 yang kemudian diangkat menjadi panglima angkatan udara Turki hingga tahun 2015.

Sebelum upaya kudeta itu, Öztürk merupakan anggota dewan tertinggi militer Turki yang telah meraih berbagai medali penghargaan dari AU Turki dan NATO.

Seorang pejabat Turki menyatakan bahwa pihak-pihak yang berada di balik upaya kudeta tersebut telah lama merencanakan untuk menggulingkan pemerintahan rezim Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Erdogan mengatakan bahwa para pihak yang berada di balik kudeta gagal ini akan “membayar mahal” atas perbuatan mereka, sedangkan wakil perdana menteri Mehmet MüezzinoÄŸlu mengungkapkan bahwa pemerintahannya mewacanakan penerapan kembali hukuman mati di negaranya.

Di lain sisi, Erdogan mengatakan bahwa upaya kudeta yang gagal itu merupakan “sebuah hadiah dari Tuhan bagi kami, karena memberikan kami peluang untuk membersihkan tentara nasional Turki.”

Ribuan Anggota Militer dan Peradilan Turki Ditahan

Menyusul kudeta gagal itu, Menteri Kehakiman Turki mengatakan bahwa otoritas Turki hingga kini telah menahan setidaknya enam ribu orang, termasuk petinggi militer, hakim dan jaksa.

Reuters melaporkan bahwa pada Minggu sore (17/7), otoritas masih melakukan penahanan terhadap sejumlah “perencana kudeta” di Bandara Sabiha Gokcen, Istanbul.

Turki Tuding AS Terlibat

Menteri Tenaga Kerja Turki Suleyman Soylu menuding AS terlibat dalam upaya kudeta yang gagal tersebut. Pernyataan itu mendorong Menlu AS John Kerry untuk mengeluarkan peringatan kepada Menlu Turki Mevlut Cavusoglu bahwa pernyataan demikian “tidak berdasar dan dapat mengganggu hubungan bilateral kedua negara.”

Pangkalan Militer AS di Incirlik, Turki, pun terkena dampak dalam upaya kudeta Jumat kemarin. Menyusul upaya kudeta tersebut, pihak militer Turki menutup akses masuk dan keluar dari Pangkalan militer Incirlik.

Hingga Kini, AS dan Turki masih bersitegang terkait dengan konflik di Suriah, di mana pihak AS mendukung militan Kurdi, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Turki.

Erdogan dan Fethullah Gulen Saling Tuding

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding bahwa seorang ulama asal Turki yang kini tinggal dalam pengasingan di Pennsylvania, Amerika Serikat, Fethullah Gulen (75), merupakan tokoh utama yang berada di balik upaya kudeta gagal tersebut. Ia menyerukan kepada AS agar mengekstradisi Gulen, tapi permintaan tersebut ditolak oleh Menlu AS John Kerry, yang mengatakan bahwa negaranya tidak akan melakukan ekstradisi tanpa bukti konkrit atas keterlibatan Gulen.

Gulen sendiri malah balik menuding bahwa kudeta tersebut kemungkinan merupakan rekayasa Erdogan untuk memperkuat rezimnya. “Ada kemungkinan bahwa kudeta tersebut rekayasa partai AKP pimpinan Erdogan. Bisa jadi bertujuan untuk menumpaskan pihak-pihak Gulenis dan sebagian unsur dalam tubuh militer,” kata Gulen kepada awak media di Pennsylvania, Sabtu 16/7 kemarin.

Ini bukan kali pertama Erdogan menuding Gulen berhasrat menggulingkan pemerintahannya. Sejak kedua mantan sekutu politik ini pecah kongsi pada tahun 2013, Erdogan telah mengungkapkan hal tersebut beberapa kali.

“Saya yakin dunia tidak akan mengambil serius tuduhan Erdogan terhadap saya,” ujar Gulen yang juga sebagai penggagas gerakan sosio-relijius Hizmet di Turki yang mendukung pemerintahan Erdogan pada awal masa pemerintahannya.

Dunia Khawatirkan Stabilitas Turki

Menanggapi gejolak politik di Turki, Presiden Perancis Francois Hollande mengkhawatirkan bahwa di masa-masa mendatang, Turki akan mengalami sebuah “periode represif”, sementara Kemenlu Rusia mengatakan bahwa upaya kudeta tersebut meningkatkan ancaman stabilitas di wilayah Timur Tengah, yang kini tengah dirundung pelbagai masalah terkait dengan kelompok-kelompok teroris dan agresi militer di beberapa negara, dari Libya hingga Irak.

Menlu Rusia Sergei Lavrov menyerukan agar pemerintah Turki menghindari pertumpahan darah dan menangani permasalahan ini sesuai dengan konstitusi.

Kanal berita RT melaporkan setidaknya 265 orang terbunuh dan 1140 lainnya luka-luka dalam upaya kudeta di Turki, dimana diduga sejumlah anggota faksi militer Turki selama beberapa jam mengambil alih dan menutup saluran media nasional dan CNN Turk, menutup jembatan selat Bosporus, menyerang gedung parlemen dengan bom dan terjadi baku tembak antara pelaku kudeta dengan pihak kepolisian Turki. Baku tembak dan ledakan-ledakan terdengar di kota Istanbul dan ibukota Turki, Ankara.

Otoritas Turki dan tindakan warga sipil akhirnya berhasil menggagalkan upaya kudeta tersebut, dan pihak pemerintah Turki pada Minggu siang (17/7) mengatakan bahwa situasi di Turki sudah “kembali normal”. (HJA)

 

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*