Obama Tambahkan Jumlah Prajurit AS di Suriah Menjadi 300

German Chancellor Angela Merkel and U.S. President Barack Obama speak to media during a news conference after their talks at Schloss Herrenhausen in Hanover, Germany April 24, 2016. REUTERS/Kai Pfaffenbach
German Chancellor Angela Merkel and U.S. President Barack Obama speak to media during a news conference after their talks at Schloss Herrenhausen in Hanover, Germany April 24, 2016. REUTERS/Kai Pfaffenbach

HANOVER, JERMAN (KM) – Presiden Amerika serikat Barack Obama mengkonfirmasi bahwa dirinya telah menyetujui penambahan jumlah personil AS di daratan Suriah sebanyak 250, termasuk anggota pasukan khusus, “untuk melatih dan membantu pasukan setempat dalam melawan militan ISIS”.

Hal tersebut ia ungkapkan dalam kunjungannya ke Jerman, Senin 25/4.

Reuters melaporkan bahwa Obama mengirimkan pasukan tambahan tersebut untuk “membangun momentum yang telah dimulai oleh pasukan khusus yang sudah berada di Suriah dalam mengusir ISIS dari daerah-daerah penting”.

Sebelumnya, Amerika Serikat telah menempatkan sebanyak 50 prajurit pasukan khusus di daratan Suriah untuk “membantu dan melatih pasukan setempat”. Penambahan personil tersebut akan meningkatkan jumlah prajurit angkatan darat AS di Suriah menjadi 300.

Menurut Wakil Penasehat Pertahanan AS, Ben Rhodes, momentum telah dicapai dengan berhasilnya direbut beberapa daerah dudukan ISIS oleh pasukan setempat yang didukung oleh AS.

“Kita sudah melihat kemajuan di beberapa bagian di utara dan timur Suriah, ISIS sudah berhasil dikeluarkan dari beberapa tempat penting,” katanya di hadapan wartawan saat konferensi pers di Hanover, Jerman.

“Kami ingin mempercepat kemajuan itu dan kami yakin penambahan prajurit AS akan memainkan peranan penting,” lanjutnya.

Ia juga menekankan bahwa prajurit AS tidak akan terlibat secara langsung dalam pertempuran, tapi hanya sebagai pendukung bagi pasukan Suriah di daratan. “Mereka dikirim dalam misi sebagai penasehat dan membantu pasukan-pasukan yang melawan ISIS di daratan,” ujarnya.

Organisasi teroris ISIS saat ini masih menguasai kota Mosul di Irak dan kota Raqqa di Suriah dan telah membuktikan dirinya sebagai organisasi yang mengancam stabilitas negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia, dimana kelompok yang berafiliasi ke ISIS telah melakukan serangan teror seperti di Kuningan, Jakarta, Januari silam.

Perubahan Taktik AS di Suriah

Pada awal konflik Suriah ketika AS dan beberapa negara Barat berkoalisi untuk menggunakan serangan udara untuk melawan ISIS di Suriah, Presiden AS Obama menjanjikan bahwa tidak akan ada prajurit AS yang diturunkan ke daratan Suriah.

Peta Suriah di Timur Tengah.

Peta Suriah di Timur Tengah.

Namun, pada tahun 2015, Obama mengirimkan sebanyak 50 prajurit pasukan khusus untuk misi “kontra-terorisme”, dan membantah bahwa keputusan tersebut bertujuan untuk membuka jalan bagi serangan darat oleh pasukan AS.

Keputusan untuk menambahkan prajurit AS di daratan Suriah mencuatkan kembali kekhawatiran berkenaan dengan tingkat kesuksesan tindakan militer AS di Suriah, termasuk program pelatihan dan dukungan mereka terhadap kelompok-kelompok oposisi yang ternyata merupakan organisasi-organisasi berhaluan Islam radikal, tidak jauh berbeda dengan organisasi teroris ISIS atau Al-Qaida.

Oktober 2015 lalu, Kementerian Pertahanan AS menghentikan program pelatihan tersebut setelah petinggi militer AS mengakui di hadapan Kongres bahwa program yang menelan biaya sebesar 500 juta dolar AS hanya menghasilkan “4 atau 5 prajurit lokal”.

Terungkap juga pada September lalu, sekelompok peserta pelatihan tersebut telah menyerahkan sebagian dari persenjataan dan kendaraan militer mereka kepada kelompok yang berafiliasi dengan organisasi teroris internasional Al-Qaida.

Selain di Suriah, AS juga telah mengumumkan minggu lalu penambahan 217 prajurit dan helikopter jenis Apache untuk ditempatkan di Irak.

Sejak 2014, koalisi pimpinan AS melakukan serangan udara terhadap target-target ISIS di Irak dan Suriah. Kontroversi mencuat setelah serangan-serangan tersebut dinilai tidak efektif menghentikan perkembangan ISIS dan kerap kali melakukan kesalahan, malah menjatuhkan perlengkapan militer dan persenjataan kepada ISIS dan bukan kepada “kelompok moderat”.

Banyak pengamat membandingkan kontrasnya keterlibatan AS di Suriah dengan bantuan resmi yang diberikan oleh Rusia dan Iran kepada pemerintah Suriah yang dinilai telah berhasil melemahkan ISIS dalam waktu yang “jauh lebih singkat.”

(HJA/Reuters/RT)

Komentar Facebook

Leave a comment

Your email address will not be published.


*