Heboh Sunni-Syiah
Ketika Walikota Bogor Bima Arya mengeluarkan Surat Edaran No. 300/1321-Kesbangpol yang melarang kegiatan Asyura pada akhir Oktober lalu, istilah “Syi’ah” dan “Sunni” kembali muncul dalam perbincangan umum.
Minggu lalu saya berbincang dengan sahabat saya, dan ia bertanya, “Emang Syi’ah itu apa sih? Terus, Sunni itu apa?” Singkat kata, saya jawab dengan “ya, Sunni dan Syi’ah itu dua aliran dalam Islam.”
Begitu juga dengan tetangga saya yang pernah bertanya, “terus, kita ini Sunni atau Syi’ah?”
Pertanyaan seperti ini adalah contoh bagaimana awamnya masyarakat umum tentang warna-warni umat Islam. Keawaman ini yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dengan mengisi kekosongan informasi tersebut dengan jawaban-jawaban yang menebar kebencian, seperti mengkafirkan dan menuduh sebagai aliran sesat dan sebagainya.
Pernahkah anda mendengar istilah-istilah seperti ini: Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Sufi, Syafi’i, Hanafi, Maliki, Muhammadiyah?
Lalu, Salafi, Wahabi, Takfiri? Apa istilah-istilah ini? Ada berapa kelompok dalam umat Islam? Ada berapa “jenis” Islam? Dan apa hubungan mereka dengan Sunni-Syi’ah?
Jawaban singkatnya adalah, tidak ada jawaban singkat. Ada begitu banyaknya sudut pandang dan praktek Islam, dan begitu banyak pendekatan terhadap ke-Islaman.
Tetapi mari kita kembali ke masalah Sunni-Syi’ah tadi. Sebelum kontroversi ulah Bima Arya pada Asyura kemarin, konflik antara dua aliran terbesar dalam umat Islam ini sudah cukup lama diperbincangkan. Khususnya, sejak kekalahan Israel dalam serangannya terhadap kelompok Syi’ah Hezbollah di Lebanon pada tahun 2006 silam. Kemenangan Hezbollah dielu-elukan oleh semua kalangan Muslim pada saat itu, baik dari Sunni maupun Syi’ah. Menyaksikan kemungkinan umat Islam akan bersatu untuk mengusir para penjajah Zionis dan kapitalis dari wilayah Timur Tengah yang kaya minyak, mereka lalu mengalihkan milyaran dolar untuk menyebarkan propaganda untuk memecah-belah antara kelompok Sunni dan Syi’ah.
Adalah Kerajaan Arab Saudi yang mensponsori Syi’ah-fobia dan Iran-fobia sekuat tenaga mereka. Dan pihak-pihak radikal yang mereka sponsori di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, akan memanfaatkan setiap momentum untuk semakin menanamkan ketakutan ini. Contohnya, tindakan Walikota Bogor atas dorongan mereka yang kemudian mereka manfaatkan sebagai momentum untuk menyebar Syi’ah-fobia. Sholat Istisqo (sholat memohon hujan) pada Jum’at (30/10) kemarin juga tidak luput dari perhatian mereka, dan dijadikan ladang menebar benih kebencian. Lihat galeri ini (klik untuk memperbesar):
Syukurnya, Sholat Istisqo tersebut tetap manjur, walaupun diiringi dengan petir dan puting beliung. Mungkin karena ada terlalu banyak amarah dan kebencian di dalam hati jamaah sholat Istisqo, yang kemudian tercermin dalam ributnya angin. Mungkin.
Apa diantara propaganda yang disebar kroni Saudi tentang kesesatan Syi’ah? Kita diceritakan tentang bagaimana penganut Syi’ah melukai diri dan membuat kekacauan pada hari Asyura, dan bagaimana semua penganut Syi’ah membenci dan mengkafirkan sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Ini dua tuduhan utama yang dilancarkan oleh gerakan-gerakan anti-Syi’ah.
Sebuah penelusuran singkat akan mengungkapkan bahwa tokoh-tokoh utama Syi’ah di dunia, yaitu pendiri Republik Islam Iran Ayatollah Khomeini, Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Sekjen Hezbollah Sayyid Hasan Nasrallah semua melarang perbuatan-perbuatan tadi. Namun tidak menampik ada minoritas kecil penganut Syi’ah yang ekstrem yang melakukan kesalahan-kesalahan itu.
Sebagaimana ada golongan ekstrem dalam umat Sunni yang melakukan tindakan-tindakan yang merusak citra Islam seperti terorisme dan intoleransi. Lalu, apakah masuk akal apabila sebagian kecil melakukan kesalahan, kemudian seluruh umat harus disalahkan? Pantaskah seluruh penganut Sunni digambarkan sebagai gerombolan teroris? Tidak! Lalu, pantaskan seluruh penganut Syi’ah digambarkan sebagai masokis (suka melukai diri sendiri)? Nggak lah!
Perpecahan tidak akan terjadi kecuali ada pihak yang ingin memecah-belah. Rezim Zionis dan rezim-rezim diktator kerajaan boneka mereka di Arab menggelontorkan begitu banyak dana untuk menanamkan kebencian dengan cara menyebarkan fitnah tentang Syi’ah di kalangan Sunni. Perpecahan ini akan menjamin keleluasaan bagi Negara Israel terus menjajah Palestina, dan keleluasaan bagi Arab Saudi untuk terus menggempur wanita dan anak-anak di Yaman, dan keleluasaan bagi kelompok “Abu Jenggot” untuk terus menyusup ke dalam struktur NKRI. Karena kita dibuat sibuk dengan urusan nggak penting.
Lalu, sampai kapan umat Islam akan membiarkan dirinya tunduk kepada tipu daya penjajah? Ya, sampai umat berhasil menghapus semua elemen radikal dan ekstrem dalam tubuhnya, sebagaimana tubuh manusia yang bisa kuat setelah sembuh dari kanker yang menggerogoti badannya. Perjuangan yang panjang dan menyakitkan, tapi pada akhirnya bisa bangkit, untuk menghapuskan kezaliman dari muka bumi. Amin…
[sexy_author_bio]
Leave a comment