Bima Arya larang Kegiatan Syiah, Akhmad Sahal NU: Ngawur, Picik, Memalukan

bima arya.
Walikota Bogor Bima Arya.

BOGOR, KM – Walikota Bogor mengeluarkan Surat Edaran Nomor 300/1321-Kesbangpol yang berisi larangan terhadap “Perayaan Asyura (Hari Raya Kaum Syiah) di Kota Bogor”, Kamis (22/10) malam.

surat edaran bima arya acara syiah

Surat Edaran yang ditandatangani Walikota Bogor Bima Arya yang melarang kegiatan Syiah di Kota Bogor.

Surat edaran tersebut mengutip Keputusan MUI Kota Bogor tentang faham Syiah dan Surat Pernyataan “Ormas Islam di Kota Bogor”  yang menolak segala bentuk kegiatan keagamaan Syiah di Kota Bogor.  Surat tersebut tidak merincikan Ormas Islam mana saja yang mendesak aparat pemerintah. Namun hal itu terungkap dalam daftar peserta kehadiran rapat koordinasi dengan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kota Bogor, yaitu:  KH Adam Ibrahim (Ketum MUI Kota Bogor), H. Rahmat E. Sulaeman (Penasihat MUI), H. Hotib Malik (Direktur BAZ Kota Bogor), H. Zaelal Syukri (Ketua FKUB Kota Bogor), Kol. H. Mustaqim (anggota Komisi Pengawasan Aliran Sesat), H. Jejen H (Sekretarus MUI), Ustadz Dhani (KCR/DDII/Komisi 4 MUI), H.Ahmad Iman (Ketua FORKAMI) Ustadz Ari (FORKAMI), Ustadz Nur Sukma (Wakil ketua ANNAS Bogor), Ustadz Abu Ahmad (Komandan Laskar HASMI), dan lainnya. Dari itu dapat disimpulkan bahwa “Ormas Islam” yang dirujuk adalah Forum Komunikasi Muslim Indonesia (FORKAMI), Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) dan Harakah Sunniyah Masyarakat Islami (HASMI).

Menurut Wakil Ketua PCI NU Amerika Serikat Akhmad Sahal, Surat yang ditandatangani oleh Walikota Bogor Bima Arya ini adalah suatu kemunduran dalam toleransi umat beragama.

Hal tersebut juga disayangkan oleh Ormas Ahlul Bait Indonesia (ABI) yang dalam pernyataan resminya “disayangkan bahwa pelarangan tersebut justru datang dari seorang Walikota Bogor, Bapak Bima Arya, yang naik dengan kampanye pro toleransi.” ABI juga menyayangkan bahwa keputusan tersebut secara sepihak tanpa melibatkan perwakilan dari masyarakat Syiah kota Bogor, namun tetap bersedia mengadakan dialog dengan Bima Arya dan pejabat lainnya. “Ormas Ahlulbait Indonesia (ABI) bersedia mengadakan dialog dengan Bapak Bima Arya khususnya dan pejabat negara lainnya yang belum memahami hakikat Asyura ini,” lanjut pernyataan tersebut.

Ketua ANNAS Bogor, Ahmad Iman, menuding bahwa kegiatan peringatan Asyura di Kota Bogor berkemungkinan menimbulkan perpecahan dan keresahan di masyarakat. “Saya menghindari terjadinya perpecahan di masyarakat, saya khawatir ada perpecahan di antara masyarakat, akhirnya saya surati pemerintah, dan Syiah ini jelas dilarang di kota Bogor, pemerintah saja tidak mengakui adanya Syiah,” kata Ahmad Iman. “Kami dari ANNAS bekerja untuk menyadarkan orang bahwa Syiah ini mengancam dan membahayakan NKRI,” lanjutnya.

Namun pernyataan Ahmad Iman dibantah oleh Ali Syahid, tokoh Syiah di kota Bogor. “Kami sudah mengadakan peringatan Asyura di kota Bogor selama puluhan tahun dan kami tidak pernah bermasalah dengan masyarakat. Kami malah menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dengan mengadakan beragam kegiatan sosial. Hubungan kami dengan masyarakat sekitar adalah hubungan yang didasari sikap toleransi dan saling menghormati.” Ia menghimbau kepada aparat Kota Bogor untuk tidak mudah tunduk kepada tekanan ormas-ormas yang mengatasnamakan aspirasi masyarakat, padahal ormas tersebut terindikasi dimotori oleh tokoh-tokoh berfaham radikal, seperti ANNAS dan HASMI.

Kontroversi faham Syiah sendiri bukan suatu isu yang baru. Penelusuran KupasMerdeka mengungkapkan bahwa gesekan antar faham dalam Islam sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah satu aliran faham dalam Islam yang kerap menjadi target kekerasan dan tindakan represif adalah Syiah, seperti yang terjadi di Irak pada masa pemerintahan Saddam Hussein dan beberapa tahun lalu di Sampang, Madura. Sebagian pihak menuding bahwa Syiah bukan bagian dari Islam, namun pihak lainnya berkeras bahwa Syiah adalah salah satu Mazhab (aliran pemikiran) dalam Islam seperti halnya Syafi’i, Hanafi, Hambali dan Maliki. Terlepas dari isu keagamaan tersebut, di Indonesia seharusnya gesekan antarumat beragama tidak terjadi karena radikalisme beragama bertentangan dengan prinsip Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, namun kerap muncul pihak-pihak yang menimbulkan konflik dengan membangun sentimen anti-toleransi beragama di masyarakat, dan pemerintah Indonesia masih berkesulitan, bahkan terkadang memperburuk situasi, dalam menghadapi masalah ini. (HJA)

Komentar Facebook

2 Comments

  1. Walkot penakut

  2. Yang biasanya benci dan melarang kegiatan peringatan asyura antara lain kelompok Wahabi .. isis … yahudi ..bisa jadi pelarangan di bogor adalah satu dari tiga kelompok dari antara lain…atau sedungu dungu nya orang.

2 Trackbacks / Pingbacks

  1. Surat Edaran Bima Arya Aneh, Mahfud MD: Mungkin Bima Terpaksa | KUPAS MERDEKA
  2. TOKOH NU MERASA GERAH DENGAN KEPUTUSAN WALIKOTA BOGOR YANG MELARANG KEGIATAN SYI’AH | Waspadai bahaya syi'ah

Leave a comment

Your email address will not be published.


*